JPPI Sebut Korban Keracunan MBG Lebih dari 20.000 Orang

17 hours ago 4
Foto Ilustrasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan pemerintah mendapat penolakan dari SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo. Ando

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mengungkap lonjakan signifikan jumlah korban keracunan yang diduga berkaitan dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Berdasarkan data pemantauan internal JPPI hingga 23 Desember 2025, jumlah korban yang tercatat telah melampaui angka 20 ribu orang.

Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, menyebutkan angka tersebut merupakan laporan yang masuk langsung ke lembaganya dan diyakini belum mencerminkan kondisi sebenarnya di lapangan.

“Per hari ini, sudah 20.012 data di JPPI. Itu yang terlaporkan ke kami. Yang tidak lapor pasti banyak sekali,” kata Ubaid dalam diskusi bertema MBG di Ruang Belajar Alex Tilaar, Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2025).

Ubaid menilai tingginya jumlah korban tidak diikuti dengan langkah serius dari pemerintah untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Ia bahkan mengungkap adanya temuan dugaan korban meninggal dunia yang dikaitkan dengan konsumsi MBG.

“Tim kami mendapati ada dua kasus meninggal diduga akibat MBG. Itu hasil dari tim pemantauan kami di Kuningan dan Cihampelas,” ujarnya.

Selain kasus keracunan, JPPI juga menerima banyak aduan lain terkait pelaksanaan program MBG, terutama selama masa libur sekolah. Salah satu yang menjadi sorotan adalah pembagian paket makanan yang dirapel untuk kebutuhan satu pekan penuh selama liburan.

Menurut Ubaid, kebijakan tersebut justru memicu keluhan dari orang tua murid. Aduan yang masuk sebagian besar menyoroti jenis makanan yang diberikan, yang dinilai tidak sesuai prinsip gizi seimbang.

“Padahal ahli gizi sudah berkali-kali mengingatkan. Tapi di musim liburan ini dirapel semua dengan makanan ultra processed food semua. Kami selaku orang tua merasa, kok, ini rasa-rasanya bukan program gizi ya,” tutur Ubaid.

Ia mempertanyakan sikap pemerintah yang dinilai terus melanjutkan pola distribusi MBG meski kritik dan keluhan dari masyarakat disampaikan secara terbuka. Menurutnya, suara orang tua dan temuan lapangan semestinya menjadi dasar perbaikan tata kelola program.

Sebelumnya, Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Bidang Komunikasi Publik dan Investigasi, Nanik Sudaryati Deyang, menegaskan bahwa selama masa libur sekolah, siswa tidak diwajibkan datang ke sekolah untuk mengambil paket MBG.

“Tidak ada yang memaksa anak-anak libur datang ke sekolah untuk mengambil MBG. Kalau sekolah atau wali murid tidak mau menerima, itu juga tidak apa-apa,” kata Nanik dalam keterangan resmi, Selasa (23/12/2025).

Nanik menjelaskan, program MBG selama liburan tetap berjalan dengan fokus pada kelompok sasaran prioritas, yakni ibu hamil, ibu menyusui, balita, serta anak sekolah yang masuk kategori 3B. Ia menyebut satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) juga diberi keleluasaan dalam menyesuaikan distribusi.

“Bisa diambil orang tua atau saudaranya,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa paket makanan dapat disesuaikan dalam bentuk makanan kering atas permintaan sekolah penerima manfaat. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|