Papua Belum Kena Imbas Upal

1 month ago 25

JAYAPURA – Meski titik kejadian pencetakan dan penyebaran uang palsu ini terjadi di Makassar namun ternyata hingga kini di Papua masih terbilang aman. Belum ditemukan laporan terkait uang palsu yang beredar di Papua. Padahal untuk Kota Makassar dan sekitarnya sudah banyak keluhan warga. Uang yang diterima ternyata bisa dikelupas menjadi dua.

Jika dicermati, penyebaran uang palsu atau Upal ini awalnya diungkap terjadi di dalam Perspustakaan UIN Makassar dan kini terus berproses. Namun terkait dengan penemuan uang palsu di Sulawesi Selatan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua menyatakan belum mendapatkan informasi beredarnya uang palsu ini hingga ke Papua.

Kepala BI Papua, Faturachman mengatakan selama tahun 2024 ini, terdapat temuan uang palsu sebanyak 108 lembar, sama seperti tahun 2023 yang juga sebanyak 108 lembar.  “Namun masih lebih sedikit jika dibandingkan tahun 2022 yang tercatat temuan upal sebanyak 345 lembar, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Senin (23/12) kemarin.

Detail temuan uang palsu selama tahun 2024 berdasarkan pecahannya adalah pecahan Rp100 ribu sebanyak 98 lembar, pecahan Rp50 ribu sebanyak 9 lembar dan pecahan Rp5.000 terdapat 1 lembar.

Faturachman juga mengimbau kepada masyarakat, apa bila memiliki uang rupiah yang sudah tidak layak edar atau rusak bisa langsung menukarkannya di BI atau perbankan.

“Terkait dengan  kasus uang palsu di Sulawesi Selatan,  sejauh ini kami belum mendapat info ada kaitannya dengan provinsi lain, termasuk Papua, ” imbuhnya.

Sementara perkembangan terakhir berdasar hasil interogasi para tersangka, diperoleh informasi bahwa pembuatan dan peredaran upal itu dimulai 14 tahun lalu.

“Timeline pembuatan dan peredaran uang palsu ini dilakukan sejak 2 Juni 2010,” kata Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono di Mapolres Gowa kemarin (19/12).

Waktu itu, pencetakan upal belum menggunakan mesin yang sekarang. Lokasi pencetakan berada di rumah tersangka S, Jalan Sunu 3, Makassar. Awalnya aksi sindikat tersebut berjalan lancar. Proses cetak dan edar upal itu berlanjut hingga 2012. Bahkan, seorang pelaku berencana maju Pilwali Makassar dengan modal upal tersebut.

Namun, pencalonannya gagal karena tidak mendapat rekomendasi partai politik. Setelah itu, pencetakan upal disebut berhenti. Namun, beberapa tersangka ternyata tidak diam. Mereka mencari mesin yang lebih canggih. Pada Juni–Juli 2022, beberapa pelaku kembali bertemu. Mereka sepakat untuk melanjutkan proses produksi upal yang pernah sukses 14 tahun lalu. Kali ini, mereka sepakat membeli mesin buatan Tiongkok. Mesin itu dibeli dari sebuah toko di Surabaya.

“Pada Oktober 2022 mereka sudah membeli alat cetak dan memesan kertasnya,” urai Yudhiawan. Proses produksi upal dengan mesin baru akhirnya dimulai pada Mei 2024. Upal itu lantas ditawarkan secara tertutup di beberapa grup WA kalangan sendiri. Agar proses pencetakan berjalan aman, para pelaku sepakat memindah mesin cetak upal.

Mesin yang semula berada di rumah tersangka S di Jalan Sunu akhirnya diboyong ke gedung perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) di Jalan Yasin Limpo.

Polisi menyebut rumah di Jalan Sunu itu sebagai TKP (tempat kejadian perkara) 1, sedangkan TKP 2 adalah perpustakaan UINAM. “Kertas, tinta, dan bahan baku uang palsu itu diimpor dari China (Tiongkok, Red),” jelas Yudhiawan. (ana/ade/sae/c7/oni)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Meski titik kejadian pencetakan dan penyebaran uang palsu ini terjadi di Makassar namun ternyata hingga kini di Papua masih terbilang aman. Belum ditemukan laporan terkait uang palsu yang beredar di Papua. Padahal untuk Kota Makassar dan sekitarnya sudah banyak keluhan warga. Uang yang diterima ternyata bisa dikelupas menjadi dua.

Jika dicermati, penyebaran uang palsu atau Upal ini awalnya diungkap terjadi di dalam Perspustakaan UIN Makassar dan kini terus berproses. Namun terkait dengan penemuan uang palsu di Sulawesi Selatan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua menyatakan belum mendapatkan informasi beredarnya uang palsu ini hingga ke Papua.

Kepala BI Papua, Faturachman mengatakan selama tahun 2024 ini, terdapat temuan uang palsu sebanyak 108 lembar, sama seperti tahun 2023 yang juga sebanyak 108 lembar.  “Namun masih lebih sedikit jika dibandingkan tahun 2022 yang tercatat temuan upal sebanyak 345 lembar, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Senin (23/12) kemarin.

Detail temuan uang palsu selama tahun 2024 berdasarkan pecahannya adalah pecahan Rp100 ribu sebanyak 98 lembar, pecahan Rp50 ribu sebanyak 9 lembar dan pecahan Rp5.000 terdapat 1 lembar.

Faturachman juga mengimbau kepada masyarakat, apa bila memiliki uang rupiah yang sudah tidak layak edar atau rusak bisa langsung menukarkannya di BI atau perbankan.

“Terkait dengan  kasus uang palsu di Sulawesi Selatan,  sejauh ini kami belum mendapat info ada kaitannya dengan provinsi lain, termasuk Papua, ” imbuhnya.

Sementara perkembangan terakhir berdasar hasil interogasi para tersangka, diperoleh informasi bahwa pembuatan dan peredaran upal itu dimulai 14 tahun lalu.

“Timeline pembuatan dan peredaran uang palsu ini dilakukan sejak 2 Juni 2010,” kata Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono di Mapolres Gowa kemarin (19/12).

Waktu itu, pencetakan upal belum menggunakan mesin yang sekarang. Lokasi pencetakan berada di rumah tersangka S, Jalan Sunu 3, Makassar. Awalnya aksi sindikat tersebut berjalan lancar. Proses cetak dan edar upal itu berlanjut hingga 2012. Bahkan, seorang pelaku berencana maju Pilwali Makassar dengan modal upal tersebut.

Namun, pencalonannya gagal karena tidak mendapat rekomendasi partai politik. Setelah itu, pencetakan upal disebut berhenti. Namun, beberapa tersangka ternyata tidak diam. Mereka mencari mesin yang lebih canggih. Pada Juni–Juli 2022, beberapa pelaku kembali bertemu. Mereka sepakat untuk melanjutkan proses produksi upal yang pernah sukses 14 tahun lalu. Kali ini, mereka sepakat membeli mesin buatan Tiongkok. Mesin itu dibeli dari sebuah toko di Surabaya.

“Pada Oktober 2022 mereka sudah membeli alat cetak dan memesan kertasnya,” urai Yudhiawan. Proses produksi upal dengan mesin baru akhirnya dimulai pada Mei 2024. Upal itu lantas ditawarkan secara tertutup di beberapa grup WA kalangan sendiri. Agar proses pencetakan berjalan aman, para pelaku sepakat memindah mesin cetak upal.

Mesin yang semula berada di rumah tersangka S di Jalan Sunu akhirnya diboyong ke gedung perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) di Jalan Yasin Limpo.

Polisi menyebut rumah di Jalan Sunu itu sebagai TKP (tempat kejadian perkara) 1, sedangkan TKP 2 adalah perpustakaan UINAM. “Kertas, tinta, dan bahan baku uang palsu itu diimpor dari China (Tiongkok, Red),” jelas Yudhiawan. (ana/ade/sae/c7/oni)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|