Pengaruh Program Latihan Berbasis Air terhadap Peningkatan Fungsi Motorik pada anak Cerebral Palsy

2 days ago 11
Ilustrasi cerebral palsy dengan gangguan tulang | tribunnews
Desfira Najarina
Mahasiswa Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

Tumbuh kembang pada anak terbagi menjadi empat aspek yaitu: perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, bahasa, dan sosial. Apabila disalah satu aspek terdapat keterlambatan atau gangguan maka akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak. Gangguan tersebut salah satunya Cerebral Palsy, yang merupakan gangguan gerakan dan postur ditandai dengan kekakuan. Terjadi saat bayi atau masa anak-anak yang mengenai keempat anggota gerak. Trunk dan leher yang diakibatkan karena adanya kerusakan atau gangguan pada sel motorik di susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhan.

Cerebral Palsy berasal dari kata “cerebral” yang berarti otak, dan “palsy” yang berarti kelumpuhan atau kelemahan. Oleh karena itu cerebral palsy dapat diartikan sebagai gangguan dengan masalah mengatur gerakan otot dimana hal tersebut sebagai akibat dari beberapa kerusakan pada bagian otak. Cerebral Palsy (CP) merupakan penyakit bawaan dari dalam janin dimana anak cerebral palsy terpapar infeksi akan tetapi penyakit ini tidak menular. Cerebral palsy (CP) istilah umum yang merujuk pada gangguan yang berhubungan dengan gerakan, postur, dan keseimbangan (Dalton dan Breish, 2020). Cerebal Palsy (CP) merupakan disabilitas motorik paling umum terjadi pada anak-anak, terjadi pada satu hingga hampir 4  dari 1000 anak s Meskipun Cerebal Palsy (CP) merupakan gangguan yang tidak progresif, namun dapat menyebabkan kelumpuhan permanen.

Diagnosis cerebral palsy biasanya berdasarkan pengamatan atau laporan orang tua tentang pencapaian motorik, seperti duduk, menarik untuk berdiri, dan berjalan, serta evaluasi postur, refleks tendon dalam, dan tonus otot. Khususnya pada bayi yang lahir prematur, kelainan neurologis, yang diamati pada bulan-bulan awal kehidupan, mungkin tidak terkait dengan gangguan motorik dan dapat sembuh selama satu atau dua tahun pertama kehidupan. Pada bayi prematur merujuk pada tanda-tanda neurologis abnormal (misalnya, hiperekstensi batang tubuh) yang tidak lagi ada setelah usia satu tahun. Karena diagnosis cerebral palsy bergantung pada sebagian temuan neurologis yang dapat bervariasi antar-pemeriksa, baik mengenai metode yang digunakan untuk memperoleh temuan neurologis maupun interpretasi temuan. Kelainan neurologis mungkin bersifat sementara, banyak dokter menghindari mendasarkan diagnosis pada satu aspek dari laporan orang tua atau pemeriksaan dokter dan biasanya akan membuat diagnosis definitif hanya setelah pemeriksaan berulang.

Gangguan motorik pada anak  Cerebral Palsy (CP) terjadi akibat kerusakan otak yang terjadi sebelum, selama atau setelah lahir yang disebabkan banyak faktor seperti, kongenital, genetik, inflasi, infeksi dan keracunan pada saat masa kehamilan. Kerusakan otak anak, mempengaruhi sistem motorik dan mengakibatkan anak memiliki koordinasi yang buruk, keseimbangan yang kurang baik atau gabungan dari karakteristik tersebut (Shira Sender, 2019). Selain mengklasifikasikan fungsi, Skala Ashworth yang dimodifikasi (MAS) digunakan untuk menilai spastisitas. Ketika melihat secara khusus pada anak-anak Cerebral Palsy (CP) spastik, perawatan  berfokus pada peningkatan fungsi secara keseluruhan dengan mengurangi spastisitas dan tonus. Perawatan cenderung mencakup peregangan, latihan ketahanan, latihan untuk rentang gerak pasif, keseimbangan, mobilitas, kontrol postural, dan transfer (Patel et al., 2020).

Penyandang cerebral palsy yang mengalami gangguan motorik sudah pasti mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain untuk melakukan aktivitasnya. Keluarga, khususnya orangtua merupakan orang yang paling dekat dengan anak, sehingga orangtua memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan anak, terutama bagi anak dengan kondisi cerebral palsy (Anindita et al., 2019). Spastic untuk membantu meningkatkan kemampuan anak cerebral palsy. Dalam menangani kasus cerebral palsy diperlukan kerjasama dari beberapa disiplin ilmu salah satunya adalah fisioterapi. Intervensi fisioterapi seperti pemanfaatan memberikan Aquatic Therapy dapat memberikan  manfaat dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien cerebral palsy. Manfaat dari metode pengobatan berbasis air bergantung pada posisi anti gravitasi dan daya apung yang dapat membantu dalam penurunan berat badan dan mengurangi kekuatan tekan pada sendi. Manfaat dari metode pengobatan berbasis air bergantung pada posisi anti gravitasi dan daya apung yang dapat membantu dalam penurunan berat badan dan mengurangi kekuatan tekan pada sendi.

Fokus utama pengobatan untuk anak Cerebral Palsy (CP) adalah mengurangi spastisitas dan tonus untuk meningkatkan mobilitas fungsional, kualitas hidup, dan kemudahan aktivitas. pengobatan terapi fisik untuk Cerebral Palsy (CP) meliputi latihan yang berfokus pada  keseimbangan, kontrol postural, gaya berjalan, mobilitas, dan transfer fungsional (Patel et al. 2020). Aquatic Therapy merupakan terapi yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Pada anak dengan Cerebral Palsy (CP) perlu dilakukan tindakan untuk menghindari tonus dan postur otot yang abnormal untuk merawat otot dan deformitas sendi juga mengurangi gangguan pada motorik dan sensorik, memiliki efek fisiologis dapat diklasifikasikan  menjadi dua, yaitu efek mekanis dan efek termal (Vitrikas dkk. 2020). Fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy (CP) berperan dalam memperbaiki postur, mobilitas postural, kontrol gerak, dan mengajarkan pola. Dengan mengunakan cara mengurangi spastisitas, memperbaiki pola jalan, dan mengajarkan gerakan-gerakan fungsional sehingga anak dengan cerebral palsy mampu mandiri melakukan aktifitas keseharian dan tidak bergantung pada orang (Putra & Zaidah, 2020).

    *****

     Anak-anak dengan cerebral palsy memiliki kebugaran fisik dan motorik yang lebih rendah daripada anak-anak yang sehat, termasuk kekuatan dan daya tahan. Berolahraga di air merupakan salah satu metode yang efektif dan telah menjadi bentuk terapi latihan. Aquatic therapy dapat meringankan gejala penyakit, serta meningkatkan kemampuan motorik dan kognitif pada banyak penyakit. Kondisi latihan yang berbeda di lingkungan berair mengurangi beban berlebih pada sendi dan mencegah cedera. Mengapung juga memungkinkan seseorang untuk melakukan latihan yang tidak dapat dilakukan di tanah. olahraga air lebih aman dan lebih aman daripada olahraga darat bagi orang-orang seperti itu karena gaya apung anti-gravitasi di lingkungan air bertindak sebagai gaya perlawanan.

Aquatic Therapy terdiri dari beberapa sesi yaitu: sesi pemanasan, sesi inti dan diakhiri dengan sesi pendinginan. Ketika tubuh direndam dalam air hangat 33oC-35oC suhu inti meningkat. Dengan demikian menyebabkan pengurangan aktivitas serat gamma yang pada gilirannya, mengurangi aktivitas spindel otot, memfasilitasi relaksasi otot, dan mengurangi spastisitas pada otot. Sifat air dapat mengurangi beban sendi yang berlebihan dan meningkatkan penguatan, serta dapat membantu anak cerebral palsy dengan penurunan postural kontrol dan kelemahan otot. Setiap anak memulai terapi dengan berjalan di air yang memungkinkan tubuh sebagian besar akan didukung oleh daya apung air, mempengaruhi gerakan tubuh yang memudahkan untuk bergerak lebih bebas.

Aquatic therapy adalah salah satu modalitas fisioterapi yang digunakan untuk memulihkan  pasien dengan kondisi gangguan neurologis. Seperti namanya, aquatic therapy adalah terapi yang dilakukan di dalam air. Efek biologis dari perendaman dalam air melibatkan hampir  semua sistem homeostatis tubuh manusia.  Efek-efek  ini  dapat  dikaitkan  dengan  prinsip-prinsip  hidrodinamika. Setiap tubuh yang terendam bereaksi terhadap hukum fisika spesifik yang mempengaruhi perilakunya dalam kondisi statis  dan  dinamis.

Karakteristik  intrinsik  air  (tekanan  hidrostatik, daya apung, viskositas,  kepadatan,  dan suhu) serta  karakteristik  dinamis  (resistensi  dan aliran turbulen) bertindak sebagai fasilitator yang memungkinkan seseorang yang terendam dalam air untuk melakukan gerakan seimbang dan terkordinasi. Mekanisme aquatic therapy dengan menekan aktivitas muscle spindle dengan adanya efek dari turbulensi berupa pijatan halus, stimulasi pada jaringan kulit dan otot serta adanya tekanan hidrostatik di dalam air, dapat menurunkan sensitivitas  kulit yang mampu mengurangi aktivitas serat gamma, dapat mempengaruhi kekakuan otot dan meningkatkan kelenturan jaringan sehingga tingkat spastisitas menurun. Aquatic therapy dengan konsep halliwick program 10 poin setiap sesi 30 menit yang terdiri dari tiga sesi, sesi pertama lima menit pemanasan dan peregangan, sesi kedua dua puluh menit, Program intervensi terdiri dari rotasi memanjang, rotasi sagital, keterampilan berenang,  pelatihan aerobik dan anaerobik, aktivitas menendang dengan papan tendangan dan berjalan di air dangkal sebagai latihan aerobik. Modifikasi lainnya adalah terapi dengan joging di dalam air dapat menghasilkan peningkatan curah jantung, aliran darah ke otot, dan difusi produk sisa metabolisme dari otot ke darah, serta pengurangan waktu dibutuhkan untuk mengangkut oksigen, nutrisi, dan hormon ke otot yang lelah. Volume jantung meningkat 30-35% dengan signifikan dibandingkan ketika melakukan hal yang sama latihan dengan kecepatan yang sama di darat (Angraini, R., & Masyitha, A., 2023).

   *****

     Kondisi patologis selama kehamilan sangat berpengaruh pada pertumbuhan janin, terutama terjadi sejak kehamilan trimester satu dimana  pada masa kehamilan fokus pertumbuhan janin pada otak. Apabila ibu terinfeksi oleh bakteri atau virus , akan masuk ke peredaran darah yang akan tersalurkan ke janin melalui plasenta. Besar kemungkinan akan terjadi kelainan pada janin seperti Cerebral Palsy (CP). Infeksi intrauterine sering terjadi pada kehamilan yang dapat mempengaruhi perkembangan otak. Infeksi tersebut antara lain penyakit TORCH yaitu Toxoplasma, Rubella, Cito Megalo Virus (CMV), dan Herpes Simplek yang ditandai dengan demam tinggi. Infeksi terjadi pada ibu hamil dan berpotensi tiga kali lebih besar terjadi pada anak dengan Cerebal Palsy (CP) di bandingkan dengan ibu yang tidak mengalami infeksi intrauterine.

Cerebal Palsy tidak ada kaitan dengan induksi, Cerebral Palsy sendiri disebabkan kelahiran prematur atau kelahiran lebbih awal dari 37 minggu, janin dengann pertumbuhan yang terhambat selama  kehamilan, dan juga bayi yang terjadi trauma  kepala saat atau setelah persalinan seperti luk, benturan, dan  pendarahan otak. Cerebral Palsy sendiri bisa terjadi infeksi toxoplasmosis dan CMV pada janin. Cerebral palsy juga disebabkan oleh gangguan aliran oksigen yang berat pada otak janin (Asiksfia). Jika terjadi Asiksfia pada otak bayi dapat berakibat kerusakan pramanen pada otak bayi setelah lahir yang di sebut Cerebral Palsy. Cerebral Palsy (CP)juga bisa terjadi akibat cedera otak pada periode pascanatal. CP pascanatal didefinisikan sebagai cedera atau penyakit otak yang terjadi setelah periode neonatal dan sebelum usia 5 tahun (Graham, 2019).

Segera setelah lahir, sekitar 10-18% kasus CP dapat disebabkan oleh kondisi seperti hipoglikemia, penyakit kuning, dan infeksi. Meskipun prematuritas merupakan faktor penting dalam etiologi CP, banyak kasus juga terjadi pada bayi yang lahir cukup bulan, yang mungkin menunjukkan adanya faktor genetik yang mendasari. Pada bayi cukup bulan, mutasi genetik mendadak pada gen tertentu juga dapat menyebabkan perkembangan CP tanpa adanya penyebab lain yang jelas. Faktor-faktor seperti solusio plasenta, prolaps tali pusat, asfiksia saat lahir, kelainan kongenital, dan kondisi ibu selama persalinan seperti demam tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan otak pada janin. Penyebab bawaan seperti kegagalan penutupan tabung saraf, schizencephaly, cacat kromosom, dan mikrosefali juga berperan dalam perkembangan CP (Horber, 2020).

Anak dengan Cerebral Palsy saat kelahiran mengalami berbagai kondisi yang mengakibatkan terdiagnosa Cerebral Palsy (CP), dimana sebanyak 40%  anak terditeksi mengalami TORCH, dan sebanyak 35% anak mengalami Hidrocepalus dan 5% ditemukan adanya tumor otak.       Kerusakan otak yang menyebabkan cerebral palsy dapat terjadi saat prenatal (sebelum  lahir),  perinatal (selama proses  kelahiran),  atau  bahkan  postnatal  (segera  setelah  lahir). Saat prenatal (sebelum lahir) bisa terjadi pada pembuahan bergabung dan sebelum bayi dikandung sehingga menghasilkan keadaan yang tidak normal yang berhubungan langsung dengan kerusakan jaringan syaraf di otak. Cerebral palsy pada saat perinatal (selama proses kelahiran) dapat diarenakan faktor-faktor  sebagai  berikut:  (a) terkena  infeksi  jalan lahir: gangguan  pada proses  persalinan  seperti  jalan  lahir kotor dan banyak  kuman;  (b) Hipoksis Iskemik Ensefalopati (HIE) yaitu pada saat lahir bayi dalam keadaan tidak sadar justru mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke  otak.  Akibatnya  jaringan  otak  rusak; (c) pendarahan otak: pendarahan di bagian otak  dapat  mengakibatkan kelumpuhan di  jaringan otak. Kerusakan otak yang terjadi sebelum, selama, atau setelah kelahiran mempengaruhi sistem neurologis dan muskuloskeletal, menyebabkan gejala seperti kontraksi otot yang tidak normal, perubahan postur, dan keterbatasan gerak serta aktivitas. Ini juga sering disertai dengan gangguan sensorik, masalah kognitif, ketidakmampuan berkomunikasi, masalah perilaku, epilepsi, dan masalah muskuloskeletal sekunder (Sadowska, 2020).

Meskipun Cerebral Palsy (CP) umumnya terkait dengan penyebab selama kehamilan atau persalinan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa Cerebral Palsy (CP) juga bisa terjadi akibat cedera otak pada periode pascanatal. Cerebral Palsy (CP) pascanatal didefinisikan sebagai cedera atau penyakit otak yang terjadi setelah periode neonatal dan sebelum usia 5 tahun (Multani dkk. 2019).  Prevalensi anak cerebral palsy jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Sebanyak 100 anak dengan kejadian cerebral palsy dievaluasi dengan nilai persentase sebesar 59% adalah laki-laki dan 41% pada perempuan. Berdasarkan hasil evaluasi oleh perguruan tinggi kedokteran pediatri SMGS Hospital di negara Jammu India, selama 6 bulan yaitu dari bulan Agustus 2018 sampai dengan Januari 2019 didapatkan 100 anak mengalami keterlamb atan perkembangan saraf (Sharma et al., 2019). Riwayat keluarga cerebral palsy akan meningkatkan resiko terjadinya cerebral palsy. Pada cerebral palsy, terjadi keterlambatan perkembangan motorik Beberapa anggota keluarga dengan keterlambatan perkembangan atau kelainan neurologis yang serupa dengan pasien harus segera mempertimbangkan etiologi genetik cerebral palsy atau kelainan yang menyerupai cerebral palsy (Putri, 2019).

Sebelumnya, diyakini bahwa kekurangan oksigen saat lahir adalah penyebab utama Cerebral Palsy (CP). Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada banyak penyebab dan faktor risiko lain yang berkontribusi terhadap perkembangan Cerebral Palsy (CP). Cerebral Palsy (CP) dipahami sebagai hasil dari serangkaian peristiwa yang  menyebabkan cedera pada otak selama periode perkembangan (Ruiz, 2019).  Tangisan bayi saat lahir menunjukkan bayi tersebut mengalami asfiksia neonatal atau tidak. Hal ini dapat terjadi karena otak terpapar aliran darah yang mengandung sedikit oksigen dan tidak berfungsi dengan baik sehingga dapat meningkatkan risiko anak menderita cerebral palsy (Putri, 2019)

Faktor lainnya akibat trauma kepala terjadi peningkatan kerusakan sel otak, menimbulkan gangguan autoregulasi. Trauma kepala dapat menyebabkan odeme dan hematoma pada serebral menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial. Sehingga dapat mengakibatkan anak mengalami cerebral palsy. Kelahiran anak prematurisme, bayi yang kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak yang lebih banyak daripada bayi yang cukup bulan karena pembuluh darah, enzim, dan faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna. Otak belum matang pada bayi prematur memiliki lebih banyak ekuipotensial atau plastisitas.

*****

     Pasien cerebral palsy sering kali menggunakan kombinasi terapi dan obat-obatan untuk membantu mengelola gejal. Obat dapat membantu meminimalkan kejang, membantu mengendalikan otot, dan mengurangi masalah ngiler. Obat-obatan ini biasanya dikombinasikan dengan berbagai terapi, yang dapat digunakan untuk membantu pasien cerebral palsy meningkatkan kemampuan fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contoh metode Terapis fisik dapat menangani anak-anak dan orang dewasa penderita cerebral palsy, meresepkan latihan khusus untuk membantu melatih otot-otot dan meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan, dan mobilitas. Selain itu, terapis fisik dapat membantu keluarga dan pengasuh pasien cerebral palsy mempelajari cara merawat anak dengan aman dan membantu kebutuhan dan latihan sehari-hari.

Terapi akuatik bermanfaat bagi penderita cerebral palsy, meningkatkan keterampilan motorik dan kesejahteraan secara keseluruhan. Perendaman dalam air mengurangi tekanan gravitasi, sehingga memungkinkan peningkatan gerakan, fleksibilitas, dan relaksasi otot-otot yang kejang. Daya apung air memfasilitasi latihan yang mungkin menantang di darat, meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan keseimbangan. Teknik dalam terapi akuatik latihan berbasis air yang berfokus pada peregangan, ketahanan, dan latihan keseimbangan. Meliputi angkat kaki, gerakan lengan, dan aktivitas mengapung yang disesuaikan dengan kemampuan dan tujuan individu. Pada kondisi cerebral palsy,  permasalahan yang terjadi adalah gangguan postural control dan motor control akibat adanya lesi pada otak yang sedang tumbuh biasanya ditandai dengan gangguan keseimbangan dan hipotonus atau hipertonus postural.

     Cerebral palsy tidak bisa disembuhkan dengan obat, tetapi dengan metode terapi dan teknologi yang membantu anak cerebral palsy, seperti kursi roda, penyangga kaki,  kawat gigi, dan lainnya. Penggunaan magnesium sulfat, progesteron, dan kortikosteroid pada wanita hamil karena sifat neuroprotektifnya, serta penerapan terapi hipotermia, adalah beberapa metode yang terbukti efektif dalam mencegah prematuritas, yang merupakan faktor penyebab utama CP (Parikh, 2019). Latihan aquatic therapy dapat meningkatkan fungsi motorik dan kesenangan pada anak -anak penderita cerebral palsy (CP). Latihan berbasis air ini memberikan peningkatan fungsi motorik dikarenakan adanya efek termal dan mekanis. Sifat termal sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan spastisitas.

Sifat mekanik dapat mengurangi efek gravitasi dan beban pada sendi, serta dapat membantu perubahan postural dan kekuatan otot. Menggunakan tenaga-tenaga alam yang berada disekitar kita,: air panas, air dingin, sumber air alam, sinar panas, sinar ultra violet yang berada dalam sinar matahari, arus listrik, gerakan-gerakan aktif dari otot-otot di dalam sendi, gerakan-gerakan pasif, dan pemijatan. Salah satu bentuk latihan fisioterapi yang dapat diberikan pada anak Cerebral Palsy (CP) adalah otot-otot dan sendi anak yang mengalami kekakuan di dalam air berupa aquatic therapy. Aquatic therapy ini diberikan sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak itu sendiri. Aquatic therapy pada anak cerebral palsy yaitu dengan memberikan gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan di dalam air.

Gerakan-gerakan yang diberikan guna meningkatkan kemampuan fungsi gerak anak Cerebral Palsy (CP). Terapi yang diberikan terasa seperti sedang bermain di air, hal itu memberikan perasaan rileksasi pada anak. Memberikan terapi kepada anak Cerebral Palsy (CP) penting membangun perasaan nyaman dan rileks pada diri anak. Keadaaan rileks yang dirasakan anak nantinya dapat membuat ketegangan atau kekakuan pada otot-otot anak menjadi berkurang. Kekakuan pada otot anak berkurang maka fungsi geraknya akan menjadi lebih maksimal.

Sehingga dimungkin adanya peningkatan pada kemampuan geraknya. Pada dasarnya apabila anak berada di dalam air maka secara tidak sadar ia akan menggunakan seluruh kemampuan dan tenaganya untuk bertahan di dalam air. Hal ini tentunya akan sangat mendukung perkembangan kemampuan otot dan sendi, karena pada anak Cerebral Palsy tidak dapat mengkontrol kekuatan motorik atau gerakan karena tidak berfungsinya otak, dengan relaksasi pada air dapat  terutama pada anak Cerebral Palsy (CP). Secara khusus, air memiliki kualitas untuk mencapai respon tubuh yang bisa menyembuhkan simpton-simpton dan meningkatkan mekanisme tubuh dalam menghadapi ancaman eksternal. Media air bisa digunakan karena faktor apung baik di kolam renang maupun kolam terapi.

Terapi akuatik meningkatkan kekencangan dan kekuatan otot pada cerebral palsy melalui ketahanan air dengan melakukan latihan seperti mengangkat kaki atau gerakan lengan, melibatkan otot, mendorong perkembangan otot, dan meningkatkan kekuatan dan koordinasi secara keseluruhan. Pendekatan terapeutik ini memanfaatkan lingkungan akuatik yang mendukung, meningkatkan kekencangan otot dan membangun kekuatan yang penting bagi individu dengan cerebral palsy. Terapi akuatik meningkatkan sirkulasi dan fungsi kardiovaskular pada penderita cerebral palsy dengan memanfaatkan tekanan hidrostatik air untuk meningkatkan aliran darah, mendorong efisiensi jantung dan aliran balik vena. Melakukan latihan berbasis air, seperti gerakan berenang atau aktivitas akuatik ringan, memperlancar sirkulasi, berkontribusi pada peningkatan kesehatan kardiovaskular dan fungsi keseluruhan pada penderita cerebral palsy. Sifat air yang menenangkan mengurangi kecemasan, mendorong relaksasi dan kesenangan selama latihan, memberdayakan penderita cerebral palsy untuk membangun kepercayaan diri, meningkatkan ketahanan emosional, dan merasakan rasa pencapaian dalam perjalanan terapi.

Aquatic therapy merupakan salah satu water-based exercise dengan tujuan membantu meningkatkan fungsi gerak fisik seseorang juga kebugaran sehingga dapat menjadi salah satu pilihan dalam memberikan penanganan pada anak dengan kondisi Cerebral Palsy. Air dapat digunakan sebagai terapi dalam kondisi panas, hangat, netral, dingin, atau dalam kondisi beku. Sifat air dapat mengurangi beban sendi yang berlebihan dan meningkatkan penguatan, serta dapat membantu anak-anak Cerebral Palsy (CP) dengan penurunan postural kontrol dan kelemahan otot.  Mengambang di air dapat memberikan kesempatan bagi pasien CP untuk dapat bergerak bebas dan tidak mengalami keterbatasan gerakan seperti ketika di darat, dapat memiliki perasaan yang lebih baik tentang gerakan. Aquatic therapy juga meningkatkan sirkulasi darah, termasuk sirkulasi sel darah putih sebagai sistem kekebalan tubuh.

*****

     Cerebral palsy merupakan kelainan yang memengaruhi gerakan, tonus otot, dan postur tubuh seseorang. Kelainan ini tidak bersifat genetik, tetapi disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang sedang berkembang, paling sering terjadi sebelum kelahiran. Gejalanya biasanya muncul sejak dini, selama masa bayi atau prasekolah, paling sering bermanifestasi sebagai refleks yang berlebihan, postur tubuh yang tidak normal, masalah dengan kelenturan atau kekakuan pada anggota tubuh dan batang tubuh. Efek dan tingkat keparahan gejala cerebral palsy sangat bervariasi pada setiap individu. Disabilitas fisik yang terkait dengan cerebral palsy dapat terjadi pada satu anggota tubuh, satu sisi tubuh, atau seluruh tubuh, tergantung pada area otak yang terpengaruh. Untungnya, gangguan otak yang menyebabkan cerebral palsy tidak berubah seiring waktu, sehingga pasien tidak akan melihat gejalanya memburuk seiring bertambahnya usia akibat kerusakan otak. Namun, beberapa gejala, seperti pemendekan otot dan kekakuan otot, akan memburuk seiring waktu jika tidak diobati.

Anak-anak dengan cerebral palsy sering kali memiliki tonus otot yang lebih tinggi atau lebih rendah yang dapat menyulitkan untuk menggerakkan sendi-sendinya. Berada di dalam air sering kali memungkinkan anak-anak untuk melakukan gerakan-gerakan yang tidak dapat lakukan di darat. Perasaan tidak berbobot saat mengambang di air yang dikombinasikan dengan besarnya hambatan yang diberikan air dapat membantu anak-anak untuk melakukan gerakan-gerakan baru dan memperkuat otot-otot dengan cara yang mungkin tidak dapat lakukan di darat. Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin memiliki tantangan dengan aktivitas fisik untuk menjaga keseimbangan saat berdiri, berjalan, atau berlari di darat. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan atau ketakutan bagi anak atau pengasuhnya karena takut terjatuh.

     faktor penyebab Cerebral Palsy 60% dengan kehamilan dengan penyakit TORCH, Tumor otak, pre eklamsia dan infeksi pada masa kehamilan.  Faktor penyebab dengan kelahiran 20% anak lahir dengan SC, 5% dengan persalinan sungsang, 75% dengan persalinan spontan pervagiman, 20% lahir permatur dan 80% cukup bulan. Berat bandan lahir bayi  20% BBLR, 5% dengan cacat bawaan dan75% dengan berat badan normal.

Pengaruh pemberian intervensi aquatic therapy terhadap peningkatan aktivitas fungsional cerebral palsy. Peningkatan tersebut dikarenakan adanya efek termal dan mekanis dari air sehingga dapat memberikan kesempatan bagi penderita cerebral palsy untuk dapat  merasakan tubuh bebas bergerak tanpa kendala ketika beraktivitas di darat. Ketika tubuh direndam dalam air hangat (330C –350C) suhu inti akan meningkat.

Terapi akuatik sebuah modalitas yang efektif untuk cerebral palsy, memanfaatkan sifat-sifat air untuk meningkatkan fungsi motorik dan relaksasi. Teknik latihan yang disesuaikan seperti peregangan dan gerakan-gerakan resistensi di dalam air, mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan mobilitas. Terapi ini menawarkan lingkungan yang menstimulasi namun menenangkan bagi anak-anak penderita aq. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kesenangan dalam latihan sambil mendukung interaksi sosial dan kesejahteraan emosional. Daya apung air memungkinkan ruang terapeutik berdampak rendah di mana individu dapat meningkatkan kemampuan fisik dan merasakan manfaat holistik.

Aquatic therapy direkomendasikan untuk anak-anak penderita cerebral palsy. Bila digunakan secara efektif, berpotensi mengurangi beban sendi dan gesekan antara permukaan artikular karena daya apungnya. Selain itu, dapat meningkatkan daya tahan, kapasitas aerobik, dan kekuatan otot, serta mengurangi spastisitas. Air juga memberikan informasi sensorik, meningkatkan sirkulasi limfatik, dan memberikan dukungan postural, rasa kemandirian, dan kesempatan untuk gerakan rotasi yang mungkin tidak dialami beberapa pasien. Ini membantu dengan gerakan tubuh, terutama yang kesulitan bergerak di tanah. Kerusakan otak yang menyebabkan cerebral palsy tidak bertambah parah seiring berjalannya waktu, jadi dengan mengaktifkan neuroplastisitas melalui stimulasi berulang, otak mungkin mampu mengatur ulang dirinya sendiri untuk memperkuat dan memperbaiki pola pergerakan. [*]

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|