Siksorogo Lawu Ultra (SLU), Kekuatan Branding dan Ageisme

10 hours ago 4
Beberapa peserta Siksorogo Lawu Ultra 2025. Istimewa

Oleh: Niken P. Satyawati
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Karanganyar/
Peserta Siksorogo Lawu Ultra 2025 Kategori 15K

Dua pelari yang mengikuti event trail run Siksorogo Lawu Ultra (SLU) 2025 dari kategori 15K meninggal dunia. Sigit Joko Purnomo, 45 tahun, dan Pujo Buntoro, 55 tahun. Peristiwa ini mengagetkan tak hanya masyarakat di dunia lari. Lebih dari itu telah menyedot perhatian masyarakat umum. Di ruang-ruang digital, pemberitaan terkait SLU 2025 menuai hujatan dari netizen.

Agaknya tak salah anggapan bahwa netizen Indonesia paling brutal se-Asia Tenggara. Hal ini tercermin  dari komentar mereka di linimasa berbagai platform media sosial. Ketika ada informasi tentang dua pelari meninggal, sebagian netizen bukannya menyampaikan duka cita. Sebaliknya mereka menuliskan komentar-komentar nir empati di kolom komentar. Ada tiga bagian besar komentar dari jenis ini dalam catatan penulis yang mengamati pemberitaan ini melalui platform Instagram.

Bagian pertama menuding kedua pelari yang meninggal  karena FOMO (fear of missing out) alias pelari yang sekadar ikut-ikutan tren yang sedang happening. Komentar seperti ini banyak sekali. Padahal dua pelari yang meninggal bukan pemain baru. Mereka sudah sering ikut event lari. Bahkan Pak Pujo punya dua medali dari dua event SLU dan dua dari Siksorogo Ring of Lawu (RoL) dari tahun-tahun sebelumnya.

Bagian kedua komentar yang lebih nir empati lagi. Bahkan cenderung melecehkan dan menyalahkan korban, dikaitkan dengan usia. “Itu orang udah tua-tua kenapa maksa ikut trail run,” tulis akun @thantyo.dp. “Saran ae pakde, wis tuo ibadah ae nak omah,” tulis akun @wahab.oyy. “Wis tuo mbok ya hobi berkebun, mancing, momong putu ae,” tulis akun @samariadiyakop. “Dari usia aja udah jompo make ikut trail segala,” tulis akun @by_ameliaa. Dan masih banyak lagi komentar senada.

Bagian ketiga adalah komentar yang menghujat nama acara yaitu Siksorogo, yang menurut netizen berkonotasi negatif. “Orang olahraga biar sehat!! Ini dari judulnya aja udah ngaco, Siksorogo. Buat apaan tujuannya kalau penyelenggara gak ngarepin ada yg mati???? Yg wajar-wajar aja djuancok,” tulis akun @akbarprayoga333. “Yang bikin acara pake akal sehat?” tulis akun @e_vidiana.”Dari nama event aja udah gabener akhirnya ada yang mokad beneran,” tulis akun @_gustavoalfonso.

Komentar-komentar sinis yang menyinggung usia pelari bisa dikatakan sebagai ageisme. Ageisme adalah prasangka ataupun diskriminasi berdasarkan usia, baik terhadap orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Dalam konteks ini komentator menuding dua pelari yang meninggal sudah tidak layak mengikuti event seperti SLU. Dilihat dari komentar-komentarnya, mereka bahkan menganggap usia 45 tahun dan 55 tahun untuk berolahraga lari apalagi trail run. Usia ini dianggap sudah jompo, sehingga ada yg menyarankan menekuni saja hobi yang lebih cocok yaitu berkebun atau mancing, atau beribadah saja di rumah.

Yang sebenarnya, tidak ada batasan maksimal usia untuk mengikuti ajang lari di manapun. Mereka yang berusia lebih dari 40 tahun hanya akan dikelompokkan dalam kategori master. Untuk diketahui, SLU 2025 diikuti tak sedikit pelari master. Pengamat ekonomi terkemuka, Aviliani, usianya 63 tahun mengikuti SLU 2025. Dia ambil bagian di kategori 15K dan finish strong. Selain Aviliani masih banyak pelari usia 40-an, 50-an bahkan 60-an yang menyelesaikan SLU 2025 dengan gagah perkasa.

Fakta menunjukkan usia berapapun bisa meninggal dunia di tengah olahraga. Seorang pelari pada event PLN Run, bulan November lalu meninggal dunia. Usianya baru 33 tahun. Sebelumnya banyak peristiwa serupa menimpa berbagai usia di aneka cabang olahraga. Sebetulnya bukan usia yang membatasi seseorang untuk berolahraga dan mengikuti event seperti SLU, melainkan kesiapan fisik, mental dan gears/perlengkapan yang dibutuhkan. Persiapan fisik berupa menu latihan wajib dilakukan oleh pelari begitu memutuskan untuk registrasi, yang biasanya dilakukan 6 bulan sebelum acara. Persiapan mental adalah kemantapan hati, motivasi diri hingga mendapat keyakinan setelah didukung latihan yang memadai. Istirahat yang cukup juga sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan persiapan menjelang race.

Dr. Erta Priadi Wirawijaya, FIHA dari Departemen Informasi & Komunikasi Perhimpunan  Kardiologi Indonesia (Perki) dalam sebuah artikelnya mengungkapkan penyebab utama kematian mendadak saat berolahraga biasanya berkaitan dengan kondisi jantung yang tidak terdiagnosis, seperti kardiomiopati hipertrofik, aritmia jantung, dan penyakit jantung koroner. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti dehidrasi, kelelahan ekstrem, dan penggunaan suplemen atau doping juga dapat berkontribusi terhadap risiko ini.

Penulis sendiri melakukan persiapan khusus untuk SLU. Selain latihan rutin lari dengan elevasi, juga menyempatkan untuk mencoba rute yang akan dilalui tiga pekan sebelum hari H bersama teman-teman komunitas. Coba rute bertujuan untuk mengukur kemampuan dan lebih meyakinkan diri sekali lagi. Sementara terkait gears, untuk kategori 15K, panitia SLU 2025 mewajibkan peserta melengkapi diri dengan 8 macam perlengkapan yaitu vest (rompi lari) untuk menyimpan aneka barang, obat-obatan pribadi/perlengkapan P3K, lalu botol lentur (soft flask) yang bisa diisi ulang di setiap water station yang disediakan panitia. Kemudian jaket windbreaker untuk mengantisipasi cuaca dingin di puncak, HP dengan baterai penuh untuk kebutuhan komunikasi, mantel untuk mengantisipasi turunnya hujan, peluit untuk memanggil bantuan saat terjadi kedaruratan, serta uang tunai untuk membeli keperluan darurat di jalur. Secara pribadi penulis menambahkan trekking pole (tongkat) minuman energi/energy gel dan snack.

Branding Siksorogo

Knapp (2001) mengemukakan doktrin strategi brand adalah rencana tindakan komprehensif yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk menentukan intisarinya, menciptakan paradigma merek dan mendapatkan keunggulan kompetitif yang terus menerus. Panitia SLU sudah menyelenggarakan tidak hanya sekali tapi enam kali apa yang disebut Knapp sebagai menciptakan paradigma merek dan mendapatkan keunggulan kompetitif yang terus menerus tersebut. Buktinya, dari tahun ke tahun jumlah peminat untuk menjadi peserta SLU terus bertambah.

Untuk diketahui, SLU 2025 yang akhirnya diikuti 6.500-an peserta sangat cepat habis slotnya. Padahal registrasi dilakukan jauh hari sekitar enam bulan sebelum race. Untuk kategori 15K dan 30K habis dalam waktu 1 jam, masing-masing kategori ini diikuti 1.500 peserta. Kemudian disusul kategori 7K hanya dalam 2 jam saja. Kategori 50K habis dalam waktu beberapa hari. Hanya kelas berat yaitu 80K dan 120K yang memakan waktu agak lama.

Ketika nama “Siksorogo,” dihujat banyak orang, panitia menjelaskan bahwa Siksorogo semula adalah nama komunitas pelari trail. Nama ini sengaja dipilih bukan untuk tujuan negatif melainkan justru untuk memotivasi diri. Bagi penulis,  “Siksorogo” mengemban beban makna mendalam. Gabungan “siksa” dan “raga” yang kemudian digabungkan menjadi kata bernuansa lokal Jawa ini sangat powerful.

Selain mudah diingat, juga langsung mengkomunikasikan pesan bahwa event ini bukan untuk sembarang orang. Bukan arogansi tapi lebih pada kejujuran panitia untuk menetapkan positioning yang jelas. Di era ketika banyak event berlomba-lomba menggalang peserta sebanyak-banyaknya sehingga menerapkan kriteria yang lunak dan “beginner-friendly,” SLU berani tampil beda. SLU tidak menarik audiens yang mencari kemudahan dan hiburan. Sebaliknya panitia menawarkan kesulitan-kesulitan bagi peserta. Memang SLU hanya untuk mereka yang ingin mencari makna melalui kesulitan yang akan dilalui.

Branding yang efektif mencakup banyak aspek termasuk strategi pesan. Dalam konteks ini, nama “Siksorogo” telah menjadi strategi pesan yang efektif. Dia memilih target audiens khusus. Thus, event “Siksorogo Lawu Ultra” memang ditujukan bagi mereka yang mencari tantangan sejati berlari di gunung dengan tanjakan, jalur licin dan terjal pada cuaca ekstrem. Bukan untuk mereka yang sekadar menginginkan pengalaman olahraga lari yang biasa-biasa saja. Nama event telah mengandung seleksi alamiah, untuk memastikan hanya peserta yang memiliki komitmen yang layak mendaftar. Mekanisme seleksi nonformal yang lebih efektif daripada persyaratan formal apapun.

Teori-teori modern menekankan bahwa branding event menciptakan pengalaman yang memorable bagi peserta. Dan peserta SLU telah merasakan pengalaman tak terlupakan bahkan sejak mendaftar. Pengalaman pasang alarm untuk berebut slot agak tidak kehabisan. Pengalaman berlatih intensif dan kemudian pada hari H bersama ribuan orang mengikuti event di jalur menantang dengan kejadian-kejadian yang lucu dan dramatis. Pengalaman ketika finish hingga pasca event. Bahkan ketika peserta tidak menyelesaikan race alias DNF (did not finish) tetap merupakan pengalaman berkesan yang akan diceritakan sepanjang hidupnya. Tak hanya dari mulut ke mulut tapi juga menghiasai linimasa-linimasa media sosial peserta.

Bagaimanapun, insiden meninggalnya dua pelari di event tahun 2026 tentu saja membutuhkan evaluasi serius dari panitia SLU terkait mitigasi risiko. Selain itu masih ada evaluasi lain yang bisa dikatakan minor seperti finish line yang lebih steril dan memudahkan pelari mencapai finish tanpa terganggu orang yang lalu lalang. Juga PR menambah relawan kebersihan untuk membersihkan lokasi makan lekas bersih dari sisa makanan agar bisa dipakai pelari lain yang baru finish.

Terlepas dari itu, SLU dari tahun ke tahun secara umum telah tereksekusi dengan baik dan menorehkan kesan mendalam pada peserta. Peserta bukan pemula yang tertarik karena ingin merasakan kemeriahan event. Lebih dari itu mereka mencari tempat untuk menguji batas diri mereka sekaligus meraih pencapaian diri yang yang sangat bermakna. Sementara bagi penulis, SLU tak hanya ajang untuk stress release namun tempat bertumbuh. Seusai menyelesaikan race penulis merasa menjadi pribadi yang berbeda. Lebih sehat secara fisik dan mental, lebih kuat dan lebih bahagia.

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|