MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di balik layanan kesehatan yang berkualitas, terdapat fondasi kuat yang tak kasatmata: manusia dan pengetahuan. Inilah yang tengah dibangun dengan serius oleh Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan, sebuah rumah sakit rujukan provinsi yang kini melangkah mantap memperkuat akar kualitas layanannya dari dalam.
RSU Haji Medan bukan hanya sekadar fasilitas kesehatan. Ia menjelma menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan yang hidup, tempat para tenaga medis terus ditempa agar tak sekadar bekerja, tapi melayani dengan ilmu dan hati.
“Kami percaya bahwa pelayanan yang unggul dimulai dari SDM yang unggul,” ujar Direktur RSU Haji Medan, Sri Suriani Purnamawati, S.Si, Apt, M.Kes, dengan penuh semangat, Rabu (14/5). Kalimat itu menjadi napas dari strategi besar rumah sakit dalam membentuk layanan kesehatan yang tidak hanya tanggap, tapi juga adaptif dan manusiawi.
Melalui bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), Sri dan timnya telah merancang berbagai pelatihan dan pengembangan, baik teknis maupun non-teknis, yang ditujukan bagi seluruh elemen tenaga kesehatan. Program ini diampu oleh dua subbagian penting: Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), serta Penelitian dan Pengembangan (Litbang).
Hingga April 2025, sebanyak 207 pegawai telah mengikuti 27 kegiatan pelatihan, mulai dari seminar ilmiah, workshop teknis, hingga pelatihan pelayanan berbasis keselamatan pasien. Tak ada yang terlalu kecil untuk tidak diperbaiki, tak ada yang terlalu besar untuk tidak bisa dicapai.
“Setiap kegiatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan praktis dan mendorong budaya sinergi antarprofesi di rumah sakit,” jelas Sri. Dalam dunia medis yang penuh tekanan dan ketelitian, sinergi bukanlah pilihan, tapi kebutuhan.
Namun pengembangan SDM saja tidak cukup. RSU Haji Medan juga membuka ruang luas untuk penelitian sebagai bagian dari inovasi berkelanjutan. Bagi Sri, rumah sakit harus menjadi rumah ilmu.
Melalui Subbagian Litbang, sebanyak 40 mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan telah terlibat dalam penelitian yang fokus pada peningkatan mutu pelayanan, efisiensi sistem kerja, dan inovasi layanan. Penelitian ini bukan sekadar tugas akhir, ia menjadi inovasi kebijakan. “Kami ingin hasil penelitian benar-benar bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki sistem, bukan hanya berhenti di rak perpustakaan,” katanya. Penelitian menjadi jembatan antara teori dan praktik, antara masa kini dan masa depan.
Dengan total 1.020 pegawai, RSU Haji Medan menjadi rumah bagi beragam latar belakang dan keahlian. Di antara mereka, ada 70 dokter IKS, 257 pegawai BLUD, 194 PNS, serta tenaga kontrak lainnya. Semuanya bergerak dalam satu arah: pelayanan yang bermutu, berbasis ilmu dan penuh empati.
Langkah-langkah ini, lanjut Sri, bukan semata inisiatif rumah sakit, tetapi juga sejalan dengan visi Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, yang menekankan pentingnya penguatan kualitas SDM untuk mendongkrak kualitas layanan publik, termasuk di sektor kesehatan. “Pelayanan kesehatan yang baik bukan hanya soal gedung atau alat canggih.
Tapi soal siapa yang menggunakan, dan bagaimana mereka melayani,” pungkas Sri.
Di tengah tantangan dunia kesehatan yang terus berubah, RSU Haji Medan memilih untuk berubah lebih dahulu dengan membangun manusianya. Sebab rumah sakit terbaik bukanlah yang paling besar, tapi yang paling siap secara ilmu, sikap, dan hati. (ila)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Di balik layanan kesehatan yang berkualitas, terdapat fondasi kuat yang tak kasatmata: manusia dan pengetahuan. Inilah yang tengah dibangun dengan serius oleh Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan, sebuah rumah sakit rujukan provinsi yang kini melangkah mantap memperkuat akar kualitas layanannya dari dalam.
RSU Haji Medan bukan hanya sekadar fasilitas kesehatan. Ia menjelma menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan yang hidup, tempat para tenaga medis terus ditempa agar tak sekadar bekerja, tapi melayani dengan ilmu dan hati.
“Kami percaya bahwa pelayanan yang unggul dimulai dari SDM yang unggul,” ujar Direktur RSU Haji Medan, Sri Suriani Purnamawati, S.Si, Apt, M.Kes, dengan penuh semangat, Rabu (14/5). Kalimat itu menjadi napas dari strategi besar rumah sakit dalam membentuk layanan kesehatan yang tidak hanya tanggap, tapi juga adaptif dan manusiawi.
Melalui bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM), Sri dan timnya telah merancang berbagai pelatihan dan pengembangan, baik teknis maupun non-teknis, yang ditujukan bagi seluruh elemen tenaga kesehatan. Program ini diampu oleh dua subbagian penting: Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), serta Penelitian dan Pengembangan (Litbang).
Hingga April 2025, sebanyak 207 pegawai telah mengikuti 27 kegiatan pelatihan, mulai dari seminar ilmiah, workshop teknis, hingga pelatihan pelayanan berbasis keselamatan pasien. Tak ada yang terlalu kecil untuk tidak diperbaiki, tak ada yang terlalu besar untuk tidak bisa dicapai.
“Setiap kegiatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan praktis dan mendorong budaya sinergi antarprofesi di rumah sakit,” jelas Sri. Dalam dunia medis yang penuh tekanan dan ketelitian, sinergi bukanlah pilihan, tapi kebutuhan.
Namun pengembangan SDM saja tidak cukup. RSU Haji Medan juga membuka ruang luas untuk penelitian sebagai bagian dari inovasi berkelanjutan. Bagi Sri, rumah sakit harus menjadi rumah ilmu.
Melalui Subbagian Litbang, sebanyak 40 mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan telah terlibat dalam penelitian yang fokus pada peningkatan mutu pelayanan, efisiensi sistem kerja, dan inovasi layanan. Penelitian ini bukan sekadar tugas akhir, ia menjadi inovasi kebijakan. “Kami ingin hasil penelitian benar-benar bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki sistem, bukan hanya berhenti di rak perpustakaan,” katanya. Penelitian menjadi jembatan antara teori dan praktik, antara masa kini dan masa depan.
Dengan total 1.020 pegawai, RSU Haji Medan menjadi rumah bagi beragam latar belakang dan keahlian. Di antara mereka, ada 70 dokter IKS, 257 pegawai BLUD, 194 PNS, serta tenaga kontrak lainnya. Semuanya bergerak dalam satu arah: pelayanan yang bermutu, berbasis ilmu dan penuh empati.
Langkah-langkah ini, lanjut Sri, bukan semata inisiatif rumah sakit, tetapi juga sejalan dengan visi Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, yang menekankan pentingnya penguatan kualitas SDM untuk mendongkrak kualitas layanan publik, termasuk di sektor kesehatan. “Pelayanan kesehatan yang baik bukan hanya soal gedung atau alat canggih.
Tapi soal siapa yang menggunakan, dan bagaimana mereka melayani,” pungkas Sri.
Di tengah tantangan dunia kesehatan yang terus berubah, RSU Haji Medan memilih untuk berubah lebih dahulu dengan membangun manusianya. Sebab rumah sakit terbaik bukanlah yang paling besar, tapi yang paling siap secara ilmu, sikap, dan hati. (ila)