Gapki Prediksi Produksi Minyak Sawit 53,6 Juta Ton

3 weeks ago 16

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut sektor sawit mengklaim telah memberikan kontribusi optimal pada ekspor dan serapan tenaga kerja di dalam negeri. Meskipun demikian, pelemahan produksi dan terkoreksinya ekspor tahun lalu dibanding 2023 patut jadi perhatian.

Sepanjang 2024, Gapki berhasil mempertahankan posisi Indonesia sebagai produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Pengiriman crude palm oil (CPO) ke luar negeri dan produk turunannya seperti olein dan biodiesel mengalami peningkatan yang signifikan.

“Hal ini didorong oleh permintaan pasar internasional yang terus meningkat, terutama dari negara-negara Eropa dan Asia yang membutuhkan bahan baku untuk industri pangan, kosmetik, dan energi terbarukan,” ujar Ketua Umum Gapki Eddy Martono di Jakarta Kamis(6/3) malam.

Eddy menambahkan, jika dilihat dari neraca perdagangan Indonesia, devisa yang dihasilkan CPO sangat besar. Di saat pandemi Covid-19, industri sawit tidak ada pemutusan hubungan kerja dan masih banyak peran dan kontribusi.

“Oleh karena itu, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus bisa mengondusifkan sektor industri sawit yang kontribusinya cukup besar bagi perekonomian nasional dan masyarakat,” urainya.

Di sisi lain, produksi CPO turun 3,8 persen secara tahunan (year on year/YoY) ke angka 48,16 juta ton pada 2024. Pada tahun sebelumnya mencapai 50,06 juta ton. Nilai ekspor pada tahun lalu juga sedikit merosot mencapai Rp 440 triliun dibandingkan 2023 yang sebesar Rp 463 triliun.

Ekspor tersebut mencakup berbagai produk turunan kelapa sawit, di antaranya CPO, olahan palm oil, biodiesel, oleokimia, crude palm kernel oil (CPKO), serta olahan palm kernel oil.

”Penurunan terjadi untuk semua jenis produk kecuali oleokimia, meskipun dari segi harga freight on board rata-rata dalam dolar AS (USD) per ton semua mengalami kenaikan,” tambah Eddy.

Selanjutnya, Gapki memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia mencapai 53,6 juta ton pada tahun ini (selebihnya lihat grafis).
”Prediksi-prediksi tersebut, dengan mempertimbangkan kecenderungan produksi dan konsumsi dalam negeri khususnya kebijakan penggunaan biodiesel serta mempertimbangan kecenderungan harga serta suplai dan demand minyak nabati dunia,” beber Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono.

Dewan Pengarah Gapki Tun Rahmat Shah mengamini bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang menantang bagi industri sawit. Kebijakan pemerintah terkait swasembada pangan dan energi serta hilirisasi harus didukung.

”Sehingga peningkatan produksi dan produktivitas perlu ditingkatkan dengan mempercepat peremajaan sawit rakyat (PSR). Selain itu, Gapki juga mendukung ketahanan pangan dengan menanam padi dan jagung di area yang masih memungkinkan,” tegas Rahmat. (agf/dio/jpg/han)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut sektor sawit mengklaim telah memberikan kontribusi optimal pada ekspor dan serapan tenaga kerja di dalam negeri. Meskipun demikian, pelemahan produksi dan terkoreksinya ekspor tahun lalu dibanding 2023 patut jadi perhatian.

Sepanjang 2024, Gapki berhasil mempertahankan posisi Indonesia sebagai produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Pengiriman crude palm oil (CPO) ke luar negeri dan produk turunannya seperti olein dan biodiesel mengalami peningkatan yang signifikan.

“Hal ini didorong oleh permintaan pasar internasional yang terus meningkat, terutama dari negara-negara Eropa dan Asia yang membutuhkan bahan baku untuk industri pangan, kosmetik, dan energi terbarukan,” ujar Ketua Umum Gapki Eddy Martono di Jakarta Kamis(6/3) malam.

Eddy menambahkan, jika dilihat dari neraca perdagangan Indonesia, devisa yang dihasilkan CPO sangat besar. Di saat pandemi Covid-19, industri sawit tidak ada pemutusan hubungan kerja dan masih banyak peran dan kontribusi.

“Oleh karena itu, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus bisa mengondusifkan sektor industri sawit yang kontribusinya cukup besar bagi perekonomian nasional dan masyarakat,” urainya.

Di sisi lain, produksi CPO turun 3,8 persen secara tahunan (year on year/YoY) ke angka 48,16 juta ton pada 2024. Pada tahun sebelumnya mencapai 50,06 juta ton. Nilai ekspor pada tahun lalu juga sedikit merosot mencapai Rp 440 triliun dibandingkan 2023 yang sebesar Rp 463 triliun.

Ekspor tersebut mencakup berbagai produk turunan kelapa sawit, di antaranya CPO, olahan palm oil, biodiesel, oleokimia, crude palm kernel oil (CPKO), serta olahan palm kernel oil.

”Penurunan terjadi untuk semua jenis produk kecuali oleokimia, meskipun dari segi harga freight on board rata-rata dalam dolar AS (USD) per ton semua mengalami kenaikan,” tambah Eddy.

Selanjutnya, Gapki memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia mencapai 53,6 juta ton pada tahun ini (selebihnya lihat grafis).
”Prediksi-prediksi tersebut, dengan mempertimbangkan kecenderungan produksi dan konsumsi dalam negeri khususnya kebijakan penggunaan biodiesel serta mempertimbangan kecenderungan harga serta suplai dan demand minyak nabati dunia,” beber Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono.

Dewan Pengarah Gapki Tun Rahmat Shah mengamini bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang menantang bagi industri sawit. Kebijakan pemerintah terkait swasembada pangan dan energi serta hilirisasi harus didukung.

”Sehingga peningkatan produksi dan produktivitas perlu ditingkatkan dengan mempercepat peremajaan sawit rakyat (PSR). Selain itu, Gapki juga mendukung ketahanan pangan dengan menanam padi dan jagung di area yang masih memungkinkan,” tegas Rahmat. (agf/dio/jpg/han)

spot_img

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|