Gus Yahya Tegas Tolak Mundur dari Kursi Ketum PBNU

11 hours ago 3

SURABAYA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menegaskan tidak akan mengundurkan diri dari jabatannya meski mendapat desakan dari internal Syuriyah. Pernyataan itu ia sampaikan setelah menghadiri pertemuan dengan para Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia di Hotel Novotel Samator Surabaya, Minggu (23/11/2025) dini hari.

Sebelumnya, sebuah dokumen risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU yang disebut-sebut digelar di Hotel Aston City Jakarta pada Kamis (20/11/2025) beredar luas. Dalam dokumen tersebut, Gus Yahya diminta mundur dalam waktu tiga hari, dan jika tidak, akan diberhentikan dari posisi ketua umum. Risalah itu dikabarkan ditandatangani Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.

Diketahui,  Gus Yahya lahir di Rembang pada 16 Februari 1966, berasal dari keluarga besar pesantren yang dikenal luas sebagai penjaga tradisi keilmuan. Ia merupakan putra KH M. Cholil Bisri, sekaligus keponakan KH A. Mustofa Bisri (Gus Mus), serta kakak kandung Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas.
Saat ini, ia juga mengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Leteh, Rembang.

Ia menjabat Ketua Umum PBNU periode 2022–2027 setelah sebelumnya menjadi Katib Aam PBNU pada 2015–2021.

Rapat Syuriyah dan Gugatan Kewenangan

Rapat Harian Syuriyah yang disebut-sebut menjadi dasar desakan mundur itu sendiri berlangsung selama tiga jam, dihadiri 37 dari 53 anggota pengurus, dan dipimpin langsung Rais Aam PBNU. Forum tersebut dikabarkan menghasilkan beberapa keputusan penting menyangkut arah kelembagaan PBNU.

Namun, menurut Gus Yahya, keputusan rapat tersebut tidak dapat menjadi landasan hukum untuk memberhentikan dirinya. Ia menegaskan bahwa Rapat Harian Syuriyah secara organisatoris tidak memiliki kewenangan mencopot ketua umum.

“Kalau rapat harian Syuriyah sampai menyimpulkan pemberhentian ketua umum, ya tidak sah secara AD/ART,” tegasnya.

Sementara itu dalam forum tertutup bersama PWNU, Gus Yahya mengaku telah menyampaikan duduk perkara polemik yang berkembang. Ia bahkan mempersilakan PWNU melakukan koordinasi dan mengambil sikap independen untuk merespons dinamika yang terjadi.

Ia juga menekankan bahwa sampai saat ini belum menerima dokumen resmi apapun dari Syuriyah terkait permintaan pengunduran dirinya.

“Dokumen resmi PBNU itu ada tanda tangan digital yang bisa dipertanggungjawabkan. Yang beredar ini tidak memenuhi standar,” ujarnya.

Isu Narasumber AKN NU

Salah satu hal yang memicu kegaduhan adalah polemik pengundangan narasumber dalam program Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU). Sosok narasumber tersebut disebut-sebut memiliki kaitan dengan jaringan Zionisme Internasional. Syuriyah menilai hal itu tidak sejalan dengan arah perjuangan NU, khususnya prinsip Maqashidul Qanun Asasi NU.

Selain itu, penyelenggaraan AKN NU dinilai tidak sesuai Peraturan Perkumpulan NU Nomor 13 Tahun 2025, terutama terkait mekanisme pergantian fungsionaris.

Tidak Berniat Mundur

Meski desakan muncul dari berbagai arah, Gus Yahya tetap pada pendiriannya. Ia menegaskan akan menuntaskan mandat lima tahun yang diberikan Muktamar ke-34 di Lampung.

“Saya sama sekali tidak terpikir untuk mundur. Saya diberi amanat lima tahun, dan Insyaallah akan saya jalani sampai selesai,” kata Gus Yahya.

Ia optimistis bahwa kegaduhan internal akan menemukan jalan keluar yang baik.

“Insyaallah semua ini bisa diselesaikan demi kemaslahatan organisasi, umat, dan bangsa,” tutupnya. (*) Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|