Dokumentasi penyuluhan mengenai pembuatan dan branding pupuk kepada Anggota KTT Andini Lestari || IstimewaKARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM — Upaya pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan dosen pembimbing Dr. Ir. Ayu Intan Sari, S.Pt., M.Sc. di Kelompok Tani Ternak (KTT) Andini Lestari di Lalung, Karanganyar, membuahkan hasil yang cukup menggembirakan.
Melalui sentuhan inovasi sederhana, para mahasiswa berhasil mengubah tumpukan feses sapi yang semula hanya menjadi sampah di kandang, kini menjadi pupuk vermikompos yang diminati warga sekitar.
Inisiatif tersebut bermula ketika mahasiswa melakukan observasi rutin di kandang dan mendapati limbah feses menumpuk dalam jumlah besar. Mereka lalu mengusulkan kepada pengurus kelompok ternak yang saat ini diketuai oleh Joko Purnomo untuk mengolah limbah tersebut menggunakan metode vermikompos berbantuan cacing Lumbricus rubellus. Usulan itu disambut baik dan langsung ditindaklanjuti.
Belajar langsung dengan ahli JIC
Dokumentasi Ketika mahasiswa menjelaskan tatacara dan hasil pembuatan pupuk vermikompos || IstimewaKetua tim Hibah Pembelajaran Berdampak UNS kelompok 1561, Alfi Sa’adati menjelaskan, sejak 25 September 2025 lalu, mahasiswa mendapatkan kesempatan belajar di Jatikuwung Innovation Center (JIC) Fakultas Peternakan UNS.
Di tempat tersebut, mereka mempelajari teknik dasar pembuatan pupuk organik, pengelolaan kelembaban media, hingga standar mutu vermikompos yang baik.
Setelah memahami prosedur, mahasiswa mulai melakukan uji coba pada 28 September 2025.
Proses pembalikan pupuk setiap 2 hari sekali |Istimewa
Dalam uji coba tersebut, media feses sapi disusun setinggi sekitar 10 cm, kemudian diberi cacing Lumbricus Rubellus sebanyak 100 gram untuk 3 kilogram feses. Selama proses pemeliharaan, media disiram tiga kali seminggu dan dibolak-balik guna menjaga sirkulasi serta kenyamanan cacing.
“Kondisi media selalu dipantau setiap dua hari,” beber Alfi Sa’adati.
Dua Minggu Sudah Panen
Salah satu anggota tim, Diana Putri Paramita memaparkan, dalam waktu 14 hari, vermikompos sudah bisa dipanen. Hasilnya cukup memuaskan, yakni tekstur lembut, tidak berbau, dan siap digunakan sebagai pupuk organik. Produk tersebut kemudian diproduksi lebih banyak dan langsung dipasarkan di sekitar wilayah peternak.
Proses pengemasan pupuk jadi || IstimewaSementara itu Dewi Sulistiyowati Purwaningrum selaku penanggungjawab program menjelaskan, biaya produksi satu siklus pembuatan pupuk mencapai sekitar Rp 220.000, sedangkan satu siklus bisa menghasilkan 20 kantong vermikompos dengan berat 5 kilogram per kantong.
Adapun harga jual dipatok Rp 10.000 per kantong. Harga tersebut terbilang murah, tetapi sudah mampu memberi nilai tambah bagi peternak. Menariknya, cacing dapat digunakan hingga empat kali siklus sehingga biaya produksi tetap efisien.
Penyuluhan dan Dampak Ekonomi
Proses pengemasan pupuk || istimewaAlfi Sa’adati menjelaskan, pada 10 Oktober 2025, mahasiswa UNS menggelar penyuluhan resmi bagi para peternak KTT Andini Lestari. Dalam kegiatan itu, mereka memaparkan langkah-langkah teknis, manfaat penggunaan cacing, serta hitungan keuntungan produksi.
Para peternak menyambut positif karena metode vermikompos terbukti lebih sederhana dan hemat biaya dibandingkan teknik lain yang membutuhkan bahan tambahan seperti dolomit.
Keberhasilan program tersebut memberi angin segar bagi peternak. Mereka kini memahami bahwa limbah feses sapi tak lagi sekadar sampah, tetapi bisa menjadi sumber pendapatan baru ketika diolah secara benar. Permintaan pupuk organik produksi KTT Andini Lestari juga mulai meningkat seiring dikenalnya produk itu oleh warga sekitar.
Pupuk vermikompos yang dipasarkan di kalangan sendiri || IstimewaKolaborasi antara mahasiswa UNS, JIC, dan peternak menunjukkan bahwa inovasi kecil berbasis teknologi alami mampu menghasilkan perubahan besar.
“Kami berharap keberhasilan ini menjadi pemicu bagi kelompok ternak untuk mengembangkan inovasi pengolahan limbah lainnya secara mandiri dan berkelanjutan,”.
Untuk diketahui, keberhasilan tim Hibah Pembelajaran Berdampak UNS kelompok 1561 tersebut tak lepas dari peran serta anggota tim lainnya, yakni Azzahra Nabila, Lukman Adiyatma, Asyraf E Rijal Mustofa, Fathimah Nabilah Azzahra, Lathif Adhi Wijayanto, Chelvy Liz Erlinda dan Avisena Rajasa.[*]
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

1 day ago
6

















































