Leptospirosis Menggila, Pemkot Yogyakarta “Perang” Lawan Tikus dengan Sebar 100 Perangkap

10 hours ago 2
ilustrasi leptospirosisilustrasi leptospirosis / pixabay

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Di Kota Jogja, kini perangkap tikus bukan lagi perkara rumah tangga, tapi sudah masuk urusan Pemkot. Kenapa? Gegaranya lonjakan kasus leptospirosis yang hingga Juli 2025 sudah menelan enam korban jiwa, membuat Pemerintah Kota Yogyakarta turun tangan memburu hewan pengerat pembawa bakteri mematikan itu.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta baru saja menyebar 100 unit perangkap tikus di permukiman padat. Lokasi penjebakan diprioritaskan di sekitar rumah pasien yang sebelumnya dilaporkan terpapar leptospirosis, penyakit yang bisa berujung gagal ginjal bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

“Kami lakukan pemasangan perangkap secara serempak di satu kampung yang warganya meninggal akibat leptospirosis. Kami ingin memeriksa apakah tikus di sekitar situ membawa bakteri leptospira,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, Jumat (11/7/2025).

Dipasang Sore, Diperiksa Pagi

Dalam aksinya, petugas menyasar 50 rumah, masing-masing dipasangi dua perangkap sekaligus—satu di dalam rumah, satu di luar rumah. Perangkap sengaja dipasang sore hari dan dibiarkan semalaman. Alasannya, tikus lebih aktif keluar sarang saat malam.

“Besok paginya kami cek. Dari 100 perangkap yang kami pasang, dapat 10 ekor tikus. Setelah ditangkap, tikus-tikus itu langsung dibedah untuk diambil ginjalnya. Lalu kami kirim ke laboratorium,” ujar Lana.

Sampel ginjal tikus akan diuji di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat untuk mendeteksi keberadaan bakteri leptospira. Hasilnya diperkirakan baru keluar dalam waktu dua minggu.

Makin Mengkhawatirkan

Situasi ini memang bikin cemas. Sejak awal Januari hingga awal Juli 2025, tercatat 19 kasus leptospirosis di Kota Jogja. Enam di antaranya berakhir dengan kematian. Artinya, case fatality rate (CFR) atau tingkat kematian mencapai 31 persen—naik cukup signifikan dibanding 2024 yang hanya mencatatkan 10 kasus dengan dua kematian.

Pemerintah Kota Yogyakarta bahkan telah menerbitkan Surat Edaran Wali Kota Nomor 100.3.4 / 2407 Tahun 2025 tentang kewaspadaan terhadap leptospirosis dan hantavirus.

Menurut Lana, penyebaran leptospirosis sudah terjadi di 11 dari 14 kemantren di Kota Yogyakarta. Namun, masih ada tiga wilayah yang sejauh ini nihil kasus, yakni Kraton, Danurejan, dan Gondomanan. Meski begitu, ia mengingatkan agar semua wilayah tetap siaga.

Tanah Juga Diperiksa

Epidemiolog Dinkes Kota Yogyakarta, Anandi Retnani, menambahkan, upaya pengendalian tikus tidak hanya lewat perangkap. Pemkot juga rutin melakukan fumigasi alias pengasapan beracun untuk membasmi tikus yang berpotensi membawa bakteri leptospira.

Tak berhenti di situ, petugas pun memeriksa sampel tanah di sekitar lokasi kasus. Hasil sementara menunjukkan ada tanah yang terkontaminasi bakteri leptospira akibat kencing tikus.

“Tanah yang positif bakteri langsung kami beri disinfektan,” kata Anandi.

Ia menegaskan, penularan leptospirosis terjadi ketika luka di kulit manusia bersentuhan dengan tanah, air, atau genangan yang tercemar urine tikus. Jika tak segera diobati, penyakit ini bisa berkembang menjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal.

“Leptospirosis ini ditularkan dari hewan, terutama tikus, ke manusia. Jadi kewaspadaan sangat penting,” ujar Anandi.

Pemkot berharap dengan langkah-langkah pencegahan yang intensif, kasus leptospirosis tak semakin meluas. Masyarakat pun diimbau menjaga kebersihan lingkungan, menghindari genangan air, dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami demam atau gejala mencurigakan lainnya. [*] Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|