
GROBOGAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Komitmen dalam melestarikan dan mengembangkan kriya lokal kembali ditunjukkan oleh Grup Riset Kriya dan Inovasi Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS). Melalui program pengembangan tenun ikat, mereka bersinergi dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Syahadah dan KUB Bersemi di Desa Lajer, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Program ini mendapat dukungan pendanaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS melalui skema Pengabdian Kepada Masyarakat Hibah Grup Riset (PKM HRG-UNS) Tahun 2025. Tujuannya adalah memperkuat jaringan kriya berbasis komunitas sekaligus memperkokoh posisi kriya sebagai bagian penting dari ekonomi kreatif nasional.
Diketuai oleh Prof. Dr. Sarwono, M.Sn., program ini berfokus pada pelestarian teknik pembuatan tenun ikat tradisional, salah satu kekayaan wastra nusantara. Tenun ikat hasil karya para perajin di Grobogan sebenarnya memiliki kualitas yang baik dan mendapat perhatian masyarakat. Namun, Desa Lajer hingga kini belum memiliki ciri khas yang kuat dalam pewarnaan maupun desain motif tenunnya.

Padahal, tenun ikat Grobogan pernah berjaya di masa lalu, bahkan sempat kewalahan memenuhi tingginya permintaan pasar. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah daerah setempat pernah mewajibkan penggunaan kain tenun ikat sebagai seragam bagi pegawai negeri sipil (PNS). Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, pamor tenun ikat Grobogan mulai meredup akibat minimnya regenerasi penenun, terbatasnya akses pasar, dan kurangnya inovasi desain.
Menanggapi hal tersebut, Grup Riset Kriya dan Inovasi FSRD UNS mengambil langkah konkret melalui program kolaboratif berbasis komunitas yang melibatkan peneliti, desainer, mahasiswa, pelaku UMKM, serta para penenun lokal.
Kegiatan diawali dengan pelatihan penciptaan desain motif baru yang tetap berakar pada motif tradisional, namun dikemas secara kontemporer. Pelatihan ini dipandu oleh Dr. Sujadi Rahmat Hidayat, S.Sn., M.Sn., yang mendorong para perajin untuk mengekspresikan ide dan menggambar motif tenun yang merepresentasikan kekhasan daerah mereka.
Tahapan berikutnya adalah pelatihan pengembangan produk tenun ikat untuk kebutuhan fesyen dan gaya hidup modern oleh Ratna Endah Santoso, S.Sn., M.Sn. Diharapkan, tenun ikat Grobogan bisa menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda. Motif-motif baru yang telah dirancang kemudian diterapkan pada produk turunan seperti tas, dompet, dan aksesori berbahan dasar tenun guna meningkatkan nilai tambah.
Untuk memperkuat strategi pengembangan, riset pasar dilakukan oleh Nisaul Hasanah A. Rosyad, S.Ds., M.B.A., guna mengidentifikasi selera dan kebutuhan konsumen muda saat ini.
“Dengan memberdayakan perajin tenun lokal dan membuka ruang eksplorasi kreatif, kami berharap tenun ikat Grobogan bisa kembali bangkit sebagai simbol budaya sekaligus potensi ekonomi yang memberi dampak nyata bagi masyarakat,” ujar M. Rudianto, S.Sn., M.Sn., salah satu anggota tim pelaksana, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews. [Redaksi]
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.