Mahasiswi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
KOORDINATOR Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, menjelaskan bahwa Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) bertujuan untuk memetakan kompetensi siswa di seluruh Indonesia. ANBK merupakan sistem evaluasi baru yang menggantikan Ujian Nasional (UN), yang resmi dihentikan sejak Februari 2021.
Sebagai pengganti Ujian Nasional (UN), Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) hadir dengan pendekatan yang berbeda. Jika UN lebih menitikberatkan pada hasil akhir, maka ANBK dirancang untuk menilai berbagai aspek dalam proses pendidikan, mulai dari input, proses pembelajaran, hingga outputnya. Penilaian dilakukan secara lebih menyeluruh dan bertahap.
Tujuan utama dari ANBK adalah untuk mendorong percepatan peningkatan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa, sehingga kompetensi yang diharapkan benar-benar dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ANBK dilengkapi dengan tiga instrumen utama, yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Ketiga instrumen ini saling melengkapi dalam memberikan gambaran utuh tentang kualitas pendidikan di satuan pendidikan. AKM sendiri dirancang untuk mengukur kemampuan dasar siswa dalam memahami dan mengaplikasikan pengetahuan, khususnya dalam bidang literasi dan numerasi.
Namun dalam tulisan ini, fokus pembahasan akan diarahkan pada tes literasi dalam ANBK.
Tes literasi adalah jenis tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami bahasa, sekaligus menganalisis bacaan. Melalui tes ini, siswa diharapkan mampu menangkap inti dari suatu teks serta mengurai dan menilai argumen yang terkandung di dalamnya. Kemampuan literasi semacam ini sangat penting, karena berkaitan erat dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kehadiran ANBK diharapkan dapat menjadi salah satu alat asesmen dalam mengevaluasi pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam hal literasi membaca.
Lebih dari sekadar alat evaluasi, ANBK sebagai inovasi baru dari pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan patut diapresiasi. Dalam konteks perkembangan era digital saat ini, asesmen tidak lagi hanya berfungsi untuk menilai, tetapi juga untuk memotivasi dan memperbaiki proses pembelajaran. Penggunaan ujian berbasis komputer memungkinkan pengumpulan data yang lebih akurat dan dapat diandalkan terkait sejauh mana kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan membaca mereka.
Namun demikian, di balik semangat inovasi tersebut, pelaksanaan ANBK di lapangan tidak lepas dari berbagai tantangan. Menurut Marchamah, guru Bahasa Indonesia di tingkat SMP, penerapan ANBK dinilai kurang efektif. Ia membandingkannya dengan UNBK sebelumnya yang sama-sama menggunakan teknologi komputer, meskipun memiliki tujuan yang berbeda. Berdasarkan pengamatannya, siswa tampak kurang bersemangat dalam mengerjakan soal-soal ANBK. Hal ini berdampak pada tidak tercapainya tujuan asesmen, karena siswa merasa enggan membaca teks yang panjang dan masih harus memahami soal-soal yang mengikutinya.
Kendala lainnya juga muncul dari perspektif para siswa itu sendiri. Banyak di antara mereka yang menganggap ANBK tidak berpengaruh terhadap nilai akhir, sehingga mengerjakannya pun tanpa kesungguhan. Meskipun ada sebagian siswa yang memandang ANBK sebagai sesuatu yang perlu dipersiapkan, namun tidak sedikit pula yang mengabaikannya. Fenomena ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan memahami teks di kalangan siswa masih tergolong rendah.
Di sisi lain, aspek teknis juga menjadi perhatian tersendiri. Pelaksanaan ANBK memerlukan fasilitas laboratorium komputer yang memadai, yang sayangnya belum tersedia secara merata di seluruh sekolah, khususnya di daerah pedesaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa masih dibutuhkan upaya lebih lanjut untuk menjamin akses dan kesetaraan dalam pelaksanaan ANBK, agar manfaatnya benar-benar dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat (Widiawati, 2020). [*]
Yuslima Bintang Hakiki Mahasiswi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.