
SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Keraton Surakarta Hadiningrat memperingati hari jadi atau ulang tahun ke-280, dengan tradisi malam 17 suro di Bangsal Sasana Handrawina Keraton Surakarta Hadiningrat, Sabtu, (12/07/2025) malam kemarin.
Peringatan dilakukan secara khidmad dengan dihadiri 700 peserta. Terdiri dari paguyuban kawulo Keraton Surakarta, abdi dalem, sentono dalem, juru kunci, serta paguyuban Pasi Pamarto.
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Koes Murtiyah Wandansari atau akrab dipanggil Gusti Moeng, selaku Pengageng Sasana Wilopo dan Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta.
Berharap di awal tahun ini yang bertepatan dengan tahun Dal, tahun kelahiran Nabi Muhammad. Mendapatkan keadaan yang lebih baik daripada tahun sebelumnya.
“Di awal tahun Dal 1959 Jawa ini dengan doa dan harapan kita akan mendapatkan keadaan yang lebih baik daripada tahun lalu. Di tahun dal ini juga tahun kelahiran nabi Muhammad, oleh sebab itu ada perayaan Maulid Nabi,” terangnya.
Gusti Moeng kemudian menceritakan sejarah berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat. Dimana proses perpindahan dari Pleret ke Kartasura, Kartasura ke Surakarta selalu di sampaikan di peringatan berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat.
“Hari ini ditembangkan juga 2 pupuh yang menggambarkan perpindahan dari Pleret ke Kartasura dan 2 pupuh yang dari Kartasura ke Desa Sala. Disana disampaikan juga sejarah berdirinya Keraton Surakarta itu ada 3 tempat yang dipilih,” ungkap Gusti Moeng
Namun akhirnya, dilanjutkan Gusti Moeng di tanah milik Ki Gede Sala yang dipilih sebagai tempat pusat pemerintahan baru. Dimana kemudian dibeli oleh Sinuwun Pakubuwono II berupa rawa tahun 1742. Setelah dibeli Pakubuwono II barulah mulai diuruk.
“Tanah tersebut dulunya berupa rawa-rawa yang kemudian diuruk hingga layak dijadikan pusat kerajaan. Perpindahan ini menjadi titik awal berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat yang hingga kini tetap lestari sebagai simbol budaya dan adat Jawa,” jelas Gusti Moeng.
Salah satu tradisi paling khas dalam peringatan ini adalah pembagian Jenang Suro, makanan khas yang hanya disajikan pada bulan Suro sebagai simbol awal tahun Jawa.
“Jenang Suro sendiri diadakan setiap suro di Keraton bersamaan dengan peringatan berdirinya Keraton Surakarta.
Isinya macam-macam seperti sego racikan. Tapi ini jenang, jadi jenang itu melambangkan kesederhanaan. Terus ada perkedel, tempe dibikin srundeng, kemangi, sambel goreng, sego racikan yang macam-macam. Bahwa dalam kehidupan banyak macam-macam keadaan. Kalau itu didoakan dimintakan rido Allah semua akan jadi nikmat,” tandasnya. Ando
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.