JOGLOSEMARNEWS.COM – Perkembangan anak merupakan proses kompleks yang mencakup berbagai aspek, mulai dari fisik, kognitif, sosial, hingga emosional. Setiap anak mengalami tahapan tumbuh kembang yang unik.
Dalam proses ini, kemampuan mengenali dan mengelola emosi serta menjalin hubungan sosial yang sehat menjadi bagian penting yang tidak dapat diabaikan. Lingkungan sekitar—termasuk keluarga, sekolah, dan teman sebaya—memiliki peran besar dalam membentuk cara anak memahami dirinya sendiri dan orang lain.
Seiring dengan perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat, pola interaksi anak juga ikut berubah. Kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi membuat anak-anak lebih cepat terpapar berbagai rangsangan yang dapat memengaruhi kondisi emosional mereka. Di sisi lain, tuntutan sosial yang semakin kompleks mendorong anak untuk memiliki kecakapan sosial agar mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Kemampuan mengelola emosi menjadi keterampilan dasar yang sangat penting dalam kehidupan anak. Anak yang mampu mengenali, memahami, dan mengekspresikan emosinya secara tepat cenderung lebih mampu menghindari konflik dan mengelola stres. Proses ini tidak terjadi secara alami begitu saja, melainkan membutuhkan bimbingan dari orang dewasa di sekitarnya.
Orang tua, guru, dan pengasuh perlu memberikan contoh nyata dalam mengelola emosi secara sehat. Misalnya, saat anak merasa marah atau kecewa, mereka perlu diajarkan cara menenangkan diri, menyampaikan perasaan dengan kata-kata, dan mencari solusi yang konstruktif (Tazkia & Damayanti, 2024).
Sementara itu, interaksi sosial menjadi ruang penting bagi anak untuk mempraktikkan dan mengembangkan keterampilan sosialnya. Melalui aktivitas bersama teman sebaya—seperti bermain, belajar, atau bekerja dalam kelompok—anak belajar mengenali perasaan orang lain, mengembangkan empati, serta belajar berkomunikasi dan bekerja sama. Pengalaman-pengalaman ini memperkuat kemampuan anak dalam menjalin hubungan yang saling menghargai dan membangun.
Orang tua dan pendidik memiliki peran kunci dalam mengembangkan kecerdasan sosial dan emosional anak. Mereka perlu menciptakan lingkungan yang aman dan suportif, di mana anak merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan tanpa takut dihakimi. Pujian terhadap usaha anak dalam mengelola emosi atau menjalin interaksi yang baik akan meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi mereka untuk terus belajar. Lebih dari itu, orang dewasa juga harus menjadi teladan dalam menghadapi konflik dan mengelola stres secara bijak, karena anak cenderung meniru perilaku yang mereka lihat (Nasution et al., 2023).
Berbagai metode kreatif juga dapat digunakan untuk membantu perkembangan sosial emosional anak. Permainan peran, misalnya, memungkinkan anak memahami berbagai jenis emosi dan meresponsnya dalam konteks yang berbeda. Kegiatan seni seperti menggambar, menari, atau bercerita dapat menjadi sarana bagi anak untuk mengekspresikan perasaan yang sulit mereka ungkapkan secara verbal. Pendekatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membantu anak memahami dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya dengan lebih baik.
Kesadaran akan pentingnya pengelolaan emosi dan keterampilan sosial perlu ditanamkan sejak usia dini. Proses ini membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan keterlibatan aktif dari orang tua, guru, serta seluruh lingkungan sekitar anak. Ketika anak mampu mengelola emosinya dengan baik dan menjalin hubungan sosial yang sehat, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara emosional, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan hidup (Yulianto et al., 2022). [*]
Oriza Zativa MH
Penulis adalah Mahasiswa Semester 2 Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.