JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Biang kerok dari kasus keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cianjur, Jawa Barat, akhirnya mulai terungkap. Hasil uji laboratorium awal menunjukkan adanya sejumlah bakteri berbahaya di wadah makanan yang digunakan dalam program tersebut.
Kepolisian Resor Cianjur mengungkapkan, setidaknya dua sampel diperiksa untuk mengusut penyebab pasti keracunan yang menimpa puluhan siswa dari MAN I dan SMP PGRI I Cianjur. Sampel tersebut terdiri dari makanan yang dikonsumsi serta muntahan korban, dan juga wadah makanan atau ompreng plastik yang digunakan untuk mendistribusikan menu MBG.
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Cianjur, AKP Tono Listianto, menjelaskan bahwa uji laboratorium terhadap tempat makan yang dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Cianjur menemukan adanya bakteri Staphylococcus sp., Escherichia coli, dan Salmonella sp.
“Hasil sementara dari uji wadah makanan sudah keluar, tapi kami masih menunggu hasil dari sampel makanan dan muntahan yang diuji di Labkesda Provinsi Jawa Barat. Setelah itu baru kami bisa tarik kesimpulan penyebab pasti,” ujar Tono, Rabu (30/4/2025).
Sebagai informasi, bakteri Staphylococcus biasanya berkembang pada makanan yang dibiarkan terlalu lama di suhu ruangan, seperti makanan berbasis susu atau daging olahan. E. coli bisa muncul pada sayuran yang tidak dicuci bersih atau makanan yang terkontaminasi tangan kotor. Sementara Salmonella kerap ditemukan pada telur, daging ayam, serta dapur yang kurang higienis.
Meski hasil uji terhadap wadah makanan telah menunjukkan adanya kontaminasi bakteri, polisi belum bisa serta-merta menyimpulkan bahwa itulah penyebab utama keracunan. Mereka masih menunggu hasil uji terhadap makanan dan muntahan korban yang diperkirakan keluar dalam 10 hari kerja.
“Kami juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap pihak laboratorium serta meminta keterangan dari ahli kesehatan,” kata Tono.
Sejauh ini, polisi telah memeriksa 30 orang saksi yang berkaitan dengan insiden ini. Mereka termasuk pemilik dan pengelola dapur MBG, penanggung jawab CV, Kepala dan Ahli Gizi dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Cianjur, staf pengemas, hingga kurir pengantar makanan.
Sebelumnya, keracunan massal terjadi usai para siswa menyantap menu MBG yang disediakan dalam program pemerintah. Puluhan siswa mengalami gejala mual dan muntah, bahkan beberapa di antaranya sempat dirawat di rumah sakit.
Polisi juga telah melakukan penggeledahan di dapur tempat produksi makanan MBG dan membawa sejumlah sampel untuk diperiksa lebih lanjut.
Pihak kepolisian menyatakan akan terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dan Labkesda Jawa Barat untuk mempercepat proses investigasi dan memastikan tidak ada kelalaian dalam penyelenggaraan program makan siang gratis tersebut.