30 Tahun Giri Bahama UMS: Dari Geografi ke Pengabdian, Dari Surakarta untuk Tanah Air

3 hours ago 1
Ilustrasi persiapan longmarch sebelum penyeberangan basah materi dan materi navigasi darat.

SURAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Tiga puluh tahun bukan waktu singkat bagi sebuah organisasi mahasiswa. Dalam perjalanan panjang itu, Giri Bahama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tumbuh bukan hanya sebagai keluarga pecinta alam, tetapi juga sebagai wadah pendidikan karakter, disiplin, dan kepemimpinan yang berakar pada cinta tanah air dan pengabdian kepada masyarakat.

November 2025 menjadi momen istimewa. Jungle Track ke-32, program pendidikan dasar yang akan digelar pada 10–16 November 2025 di Pegunungan Lawu Selatan, menjadi saksi lahirnya generasi baru. Di sinilah para calon anggota resmi diuji, bukan semata otot dan daya tahan, melainkan juga hati dan komitmen.

Ketua Umum KMPA Giri Bahama 2025–2026, Viki Pratama, menyebut Jungle Track sebagai pintu masuk pembentukan jati diri. “Kami ingin melahirkan kader yang tidak hanya tangguh di lapangan, tetapi juga siap mengabdi untuk masyarakat dan tanah air. Inilah esensi tiga dekade perjalanan kami,” katanya.

Sejak lahir pada 1995, Giri Bahama menegaskan diri berbeda. Sebagai organisasi mahasiswa di bawah naungan Fakultas Geografi UMS, mereka membawa semangat akademis ke ranah sosial. Ilmu geografi yang dipelajari di kelas—tentang tanah, air, peta, dan ruang hidup—diterjemahkan menjadi aksi nyata. “Geografi kami hidupkan di lapangan. Ilmu ini kami aplikasikan untuk kepentingan masyarakat, individu, maupun organisasi,” jelas Viki.

Rekam jejaknya panjang. Pada 2012–2013, Giri Bahama membantu masyarakat Desa Pucung, Kecamatan Eromoko, Wonogiri, dengan program pengangkatan air. Tahun 2019, mereka turun memetakan Sungai Elo di Magelang. Disusul pembukaan dan pemetaan jalur pendakian Sindoro via Jumprit pada 2020, hingga pemetaan kawasan rawan bencana di Cangkringan, Boyolali, pada 2023. Bahkan, suara mereka juga ikut menggaung dalam gerakan Save Karst Gunung Sewu.

Setiap langkah itu meninggalkan jejak yang lebih besar daripada sekadar kegiatan mahasiswa. Ia adalah bukti bahwa cinta tanah air bukan jargon, melainkan praktik sehari-hari.

Kini, 308 anggota resmi telah lahir dari rahim Giri Bahama. Mereka tersebar di berbagai bidang: pendidikan, kebencanaan, lingkungan, hingga organisasi kemasyarakatan. Di manapun berada, nilai yang dipegang tetap sama: setia, tangguh, dan mengabdi.

Tiga dekade berlalu, Giri Bahama tetap berdiri dengan semangat yang sama. Dari Surakarta, organisasi ini terus melangkah, menyatukan ilmu, cinta tanah air, dan pengabdian kepada masyarakat. Karena pada akhirnya, yang mereka taklukkan bukan sekadar hutan atau gunung, melainkan ego diri demi sebuah pengabdian yang lebih luas. (Hasan Achmad)

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|