
JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Presiden Prabowo Subianto mengambil langkah tak biasa di tengah situasi politik nasional yang memanas. Alih-alih berangkat langsung ke Beijing, Tiongkok, ia memilih tetap berada di tanah air dan menunjuk Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai utusan khusus menghadiri parade Victory Day sekaligus membahas agenda strategis bilateral.
Sementara itu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka justru diposisikan untuk menangani isu yang tak kalah sensitif: keresahan para pengemudi ojek online (ojol) pascainsiden tewasnya Affan Kurniawan, driver ojol yang tertabrak kendaraan taktis Brimob saat aksi unjuk rasa.
Rencana kunjungan Prabowo ke China sejatinya sudah disusun. Namun, menurut Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Presiden memutuskan membatalkan agenda tersebut karena ingin mengawasi langsung dinamika yang terjadi di dalam negeri.
“Presiden menilai kondisi sosial-politik dalam negeri saat ini membutuhkan kehadiran dan kepemimpinannya secara langsung,” jelas Prasetyo.
AHY Jadi Tangan Panjang Diplomasi
Penunjukan AHY dinilai sebagai keputusan strategis. Putra sulung Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono itu dianggap punya kapasitas dan pengalaman internasional yang memadai untuk mengemban misi diplomasi penting tersebut.
Dalam keterangannya di Cikeas, Bogor, AHY mengungkapkan dirinya sempat berdialog intens dengan Prabowo selama dua jam sebelum menerima mandat. “Tugas yang diberikan bukan sekadar seremonial, tapi juga menyangkut kepentingan strategis kedua negara,” katanya.
China sendiri merupakan mitra dagang terbesar sekaligus investor utama dalam proyek infrastruktur Indonesia. Agenda AHY di Beijing diperkirakan menyentuh isu lanjutan proyek Belt and Road Initiative, kerjasama teknologi, hingga dinamika geopolitik kawasan Asia-Pasifik.
Gibran Fokus di Isu Ojol
Di saat bersamaan, Gibran memilih “dapur domestik” sebagai panggung kerjanya. Bertempat di Istana Wapres, ia mengundang perwakilan pengemudi ojol dari berbagai platform seperti Gojek, Grab, Maxim, dan inDrive untuk santap siang bersama.
Dalam forum itu, Gibran berkomitmen mengawal proses hukum atas kasus Affan Kurniawan. “Kami ingin memastikan keadilan ditegakkan. Suara teman-teman ojol tidak boleh diabaikan,” tegasnya.
Strategi Pembagian Peran
Keputusan Prabowo membagi tugas ini menimbulkan perbincangan hangat. Secara protokoler, wakil presiden biasanya menjadi pilihan utama untuk menggantikan presiden dalam acara kenegaraan. Namun kali ini, Gibran diarahkan ke isu domestik yang tengah membakar emosi publik, sedangkan AHY melangkah ke panggung internasional.
Pengamat menilai langkah ini sebagai strategi berisiko tinggi. Jika AHY sukses membawa pulang kesepakatan penting dari Beijing, sementara Gibran berhasil menenangkan gejolak ojol, maka strategi ini akan disebut sebagai manuver jitu Prabowo. Namun, bila salah satu gagal, kritik terkait pelanggaran protokol dan lemahnya koordinasi pemerintahan akan semakin deras.
Pembagian peran ini pada akhirnya menjadi taruhan besar, bukan hanya bagi AHY dan Gibran, tapi juga bagi Prabowo sendiri. Diplomasi di luar negeri dan stabilitas dalam negeri kini berjalan beriringan, saling melengkapi, dan akan menjadi tolok ukur efektivitas gaya kepemimpinan Prabowo yang lebih fleksibel. [*] Berbagai sumber
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.