KSPI Desak Pemerintah Usut Isu PHK Ribuan Buruh Gudang Garam

1 week ago 4
Ilustrasi PHK karyawan | pixabay

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kabar mengejutkan soal pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk tengah ramai menjadi perbincangan publik, terutama di platform X (dulu Twitter).

Isu ini pertama kali mencuat dari sejumlah unggahan warganet yang menyoroti kenaikan tarif cukai rokok. Salah satunya dari akun @WAHYU_UNIFORM yang menuding lonjakan cukai membuat perusahaan harus memangkas tenaga kerja. Ia menyebut, keuntungan perusahaan kian terhimpit, sementara beban produksi dibebankan pada konsumen.

Dalam unggahannya, ia mengurai gambaran sederhana. Dari harga satu bungkus rokok Rp10 ribu, sebanyak 75 persen atau sekitar Rp7.500 disetor ke negara. Sisa Rp2.500 harus dipakai untuk membeli bahan baku tembakau, biaya produksi, hingga membayar upah buruh. “Dari situ kelihatan, ruang untuk menaikkan kesejahteraan pekerja jadi sangat terbatas,” demikian narasi dalam video yang disertakan.

Ia juga menyinggung soal perbedaan margin antara rokok kretek tangan (SKT) dengan rokok filter. Produk SKT disebut masih menyisakan keuntungan lebih besar karena beban cukai berada di kisaran 45–50 persen. Sementara untuk rokok filter, margin keuntungan lebih tipis dan bahkan berisiko rugi jika volume produksinya tidak besar.

Unggahan tersebut segera memantik diskusi luas. Sebuah video yang memperlihatkan momen perpisahan para pekerja di salah satu pabrik Gudang Garam di Tuban, Jawa Timur, ikut beredar. Suasana haru saat para buruh berjabat tangan memperkuat dugaan adanya PHK massal.

Menanggapi kabar ini, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengaku baru mengetahui isu tersebut. Meski begitu, ia mengingatkan jika benar terjadi, dampaknya akan meluas ke berbagai sektor.

“Bukan hanya buruh pabrik yang kena, tapi juga pekerja di sektor logistik, buruh tani tembakau, pedagang kecil, sopir, hingga pemilik kontrakan. Potensinya bisa ratusan ribu orang terdampak,” ujar Said dikutip Sabtu (6/9/2025).

Menurutnya, penurunan daya beli masyarakat, terbatasnya pasokan tembakau, serta kurangnya inovasi produk turut menekan kinerja perusahaan. Ditambah lagi, tingginya beban pajak dan cukai membuat beban usaha semakin berat. Ia mendesak pemerintah pusat dan daerah segera turun tangan agar industri rokok tetap bertahan sekaligus melindungi nasib para buruh.

Hingga berita ini diturunkan, pihak manajemen PT Gudang Garam Tbk (GGRM) belum memberikan keterangan resmi terkait isu PHK massal tersebut.

Sementara itu, laporan keuangan semester I 2025 memang menunjukkan kinerja perusahaan sedang lesu. Laba bersih hanya tercatat Rp117,16 miliar, anjlok 87,34 persen dibandingkan Rp925,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan juga terkoreksi 11,4 persen menjadi Rp44,36 triliun. Laba kotor menyusut menjadi Rp3,7 triliun dari sebelumnya Rp5,06 triliun, sementara laba usaha turun ke Rp513,7 miliar dari Rp1,613 triliun.

Kondisi ini semakin diperburuk dengan peningkatan beban lain serta rugi kurs Rp1,7 miliar, setelah tahun sebelumnya sempat mencatat laba kurs Rp39,3 miliar.

Dengan situasi demikian, publik kini menunggu pernyataan resmi dari manajemen Gudang Garam terkait kebenaran isu PHK massal yang viral di media sosial. [*] Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|