JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dirancang pemerintah pusat untuk mengatasi masalah gizi kini tengah jadi sorotan. Setelah kasus keracunan di sejumlah daerah, kini masalahnya mulai melebar ke masalah limbah yang ditimbulkan dari dapur MBG.
Di Purwokerto, air sumur warga berubah warna dan berbau, sementara di Sumatera Utara pekerja MBG mendatangi rumah wartawan karena pemberitaannya viral di media sosial.
Di Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto Timur, Banyumas, warga mengeluh air sumur mereka mendadak tak bisa digunakan. Air yang sebelumnya jernih kini keruh, berbau, dan bahkan berubah warna menjadi kuning pekat hingga hitam.
Warga menduga kondisi itu disebabkan rembesan limbah dari penampungan proyek MBG yang jaraknya berdekatan dengan pemukiman. “Air sumur tiba-tiba berubah, keruh dan bau. Baru kali ini sejak puluhan tahun tinggal di sini,” kata Suparto, warga setempat, Jumat (19/9/2025).
Sejumlah warga lain menuturkan tempat penampungan limbah MBG di lokasi itu tidak memiliki bak pengaman yang memadai sehingga cairan limbah diduga meresap ke tanah. Kondisi semakin parah saat hujan deras mengguyur wilayah Banyumas beberapa hari terakhir. Mereka berharap pengelola MBG segera memperbaiki sistem pembuangan limbah agar pencemaran tidak semakin meluas.
Sementara itu, di Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, belasan pekerja MBG mendatangi rumah pimpinan sebuah media online pada Senin (15/9/2025). Mereka menyampaikan keberatan terkait pemberitaan dugaan pencemaran limbah dapur MBG yang berlokasi di Dusun IV, Desa Sukajadi.
Dalam pertemuan singkat di teras rumah wartawan, para pekerja yang mayoritas perempuan itu meminta klarifikasi terkait narasumber berita yang menyebut petani resah karena limbah mengalir ke saluran irigasi.
Pihak media menegaskan bahwa jurnalis bekerja berdasarkan regulasi dan kerahasiaan narasumber dilindungi Undang-Undang Pers. Wartawan juga balik mempertanyakan apakah pembuangan limbah dapur MBG sudah memenuhi standar pengolahan lingkungan. Para pekerja akhirnya mengakui memang ada limbah yang keluar, tetapi mengaku takut kehilangan pekerjaan bila dapur MBG ditutup.
“Kami hanya takut tempat kerja kami ditutup. Kalau ditutup kami kehilangan penghasilan,” ujar salah satu pekerja.
Pengamat menilai persoalan limbah MBG itu memperlihatkan perlunya sistem pengelolaan yang lebih ketat. Solusi yang ditawarkan bukanlah menutup dapur MBG, melainkan memperbaiki instalasi pengolahan limbah agar program bergizi gratis tetap berjalan tanpa mengorbankan lingkungan dan warga sekitar.
Program Makan Bergizi Gratis sendiri digagas untuk memperkuat gizi anak sekolah, ibu hamil dan menyusui, serta menekan angka stunting. Namun, kasus-kasus pencemaran lingkungan seperti di Purwokerto dan polemik seperti di Serdang Bedagai menunjukkan perlunya pengawasan lebih serius agar program yang tujuannya baik ini tidak menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat. [*] Disarikan dari sumber berita media daring
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

1 month ago
27

















































