Siswa SMA N 1 Yogyakarta Guling-guling Menahan Sakit Setelah Santap Menu MBG

9 hours ago 3
Ilutrasi anak keracunan. Seringnya terjadi kasus keracunan dalam menu MBG, DPR menyindir program tersebut dengan Makan Beracun Gratis | kreasi AI

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Kisah memilukan datang dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Yogyakarta. Sejumlah siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta menjadi korban keracunan massal usai menyantap menu makan siang dari program tersebut pada Kamis (16/10/2025).

Salah satu siswa, Rizky Dwi, menceritakan pengalaman tak terlupakan itu. Dengan nada santai khas remaja, ia mengenang detik-detik sebelum tubuhnya tak kuat menahan rasa sakit.

“Hari itu saya makan dua potong ayam, soalnya dapat tambahan dari teman,” ujarnya saat ditemui di sekolah, Jumat (17/10/2025).

Ayam yang dimakan Rizky bukan ayam goreng kering, melainkan berkuah seperti opor, tapi disiram saus barbeque. Tak ada tanda-tanda aneh dari aroma maupun rasa. Namun malam harinya, tubuh Rizky mulai bereaksi.

“Sekitar jam setengah tujuh malam, perut mulai perih. Awalnya dikira maag biasa, tapi lama-lama sakit banget sampai saya guling-guling,” tuturnya.

Ibunya sempat mengira anaknya hanya masuk angin dan memberinya obat maag. Sayangnya, gejala terus memburuk hingga Rizky harus bolak-balik ke kamar mandi sepanjang malam. “Enggak tidur sama sekali malam itu, paginya langsung enggak bisa sekolah,” imbuhnya.

Bukan hanya Rizky yang merasakan penderitaan serupa. Teman sekelasnya, Kayvella N. Audria, juga mengalami gejala keracunan. Ia mulai merasa mual dan perut mulas sejak pukul 20.00 WIB, sepulang dari les.

“Tiga kali ke kamar mandi malam itu. Paginya masih maksa masuk sekolah, tapi akhirnya izin pulang karena enggak kuat,” ujarnya lirih.

Insiden ini menambah panjang daftar kasus keracunan yang terjadi di sekolah-sekolah penerima program MBG.

Menanggapi hal tersebut, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan DIY, Akhmad Akhadi, menegaskan pentingnya pelaksanaan uji organoleptik terhadap setiap menu sebelum dibagikan kepada siswa.

“Prosedur itu wajib dijalankan. Sebelum makanan dikirim ke sekolah, penanggung jawab SPPG harus melakukan uji organoleptik,” ujarnya.

Uji organoleptik, atau uji sensori, dilakukan dengan menggunakan pancaindra untuk memastikan kualitas makanan. Pemeriksaan meliputi penampakan, aroma, dan rasa untuk mendeteksi apakah makanan masih layak konsumsi atau sudah basi.

Meski protokol sudah ditetapkan, Akhmad mengingatkan, tantangan terbesar justru pada pelaksanaannya di lapangan. “Protokolnya sudah ada. Tinggal dijalankan dengan disiplin agar kejadian seperti ini tidak terulang,” katanya.

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X turut menyoroti kesiapan dapur produksi MBG yang dinilai belum sepenuhnya memadai. Ia menekankan, kapasitas dapur harus dihitung secara realistis agar tidak mengorbankan mutu dan keselamatan siswa penerima manfaat. [*] Disarikan dari sumber berita media daring

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|