MEDAN, SUMUTPOS.CO- Tim peneliti Smart Traceability Coffee menggelar diseminasi hasil penelitian kepada petani kopi di enam kabupaten sentra kopi Sumatera Utara, yakni Kabupaten Simalungun, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan pada 7-19 Agustus 2025. Kegiatan ini diikuti puluhan petani, kelompok tani, penyuluh pertanian, serta perwakilan dinas perkebunan setempat.
Adapun tim yang melakukan penelitian terdiri dari multidisiplin keilmuan yang diketuai Dr. Arfanda Anugrah Siregar, S.T., M.Si, beranggotakan Ismael, M.Kom, Marlya Fatira Ak, S.E., M.Si, Eli Safrida, S.E., M.Si, Dina Arfianti Siregar, S.E., M.Si, Amelira Haris Nasution. Mereka bermitra dengan CV Mandiri Kopi dan AEKI Sumut..Penelitian ini dibiayai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Program Minatsainteks Tahun 2024-2025.
Ketua Tim Peneliti Arfanda Anugrah Siregar menjelaskan, penelitian ini hadir sebagai jawaban atas tuntutan pasar global, khususnya European Union Deforestation Regulation (EUDR), yang mewajibkan produk kopi memiliki sistem pelacakan (traceability) dari hulu hingga hilir. “Smart sistem berbasis teknologi GPS ini memungkinkan pencatatan data asal-usul kopi, volume panen, hingga distribusi dengan transparan,” katanya.
Arfanda juga mengatakan, penerapan sistem ini diharapkan dapat memperkuat daya saing kopi Sumatera Utara. “Dengan traceability, kopi petani kita dapat lebih dipercaya di pasar dunia dan memperoleh akses ke segmen premium. Hal ini sekaligus meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Dalam kegiatan diseminasi ini, petani diperkenalkan pada simulasi penggunaan aplikasi pencatatan digital dan diajak berdiskusi terkait kebutuhan serta kendala di lapangan. Hasilnya, sebagian besar petani menyambut positif penerapan sistem ini, meski masih terdapat kendala literasi digital di beberapa daerah. selain itu juga melakukan uji sertifikasi halal terhadap produk kopi petani yang ada di Tapanuli Selatan.
Tim peneliti juga menekankan pentingnya dukungan multipihak, baik dari pemerintah daerah, koperasi, maupun eksportir, untuk memastikan sistem dapat berjalan berkelanjutan. (rel/adz)
MEDAN, SUMUTPOS.CO- Tim peneliti Smart Traceability Coffee menggelar diseminasi hasil penelitian kepada petani kopi di enam kabupaten sentra kopi Sumatera Utara, yakni Kabupaten Simalungun, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan pada 7-19 Agustus 2025. Kegiatan ini diikuti puluhan petani, kelompok tani, penyuluh pertanian, serta perwakilan dinas perkebunan setempat.
Adapun tim yang melakukan penelitian terdiri dari multidisiplin keilmuan yang diketuai Dr. Arfanda Anugrah Siregar, S.T., M.Si, beranggotakan Ismael, M.Kom, Marlya Fatira Ak, S.E., M.Si, Eli Safrida, S.E., M.Si, Dina Arfianti Siregar, S.E., M.Si, Amelira Haris Nasution. Mereka bermitra dengan CV Mandiri Kopi dan AEKI Sumut..Penelitian ini dibiayai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Program Minatsainteks Tahun 2024-2025.
Ketua Tim Peneliti Arfanda Anugrah Siregar menjelaskan, penelitian ini hadir sebagai jawaban atas tuntutan pasar global, khususnya European Union Deforestation Regulation (EUDR), yang mewajibkan produk kopi memiliki sistem pelacakan (traceability) dari hulu hingga hilir. “Smart sistem berbasis teknologi GPS ini memungkinkan pencatatan data asal-usul kopi, volume panen, hingga distribusi dengan transparan,” katanya.
Arfanda juga mengatakan, penerapan sistem ini diharapkan dapat memperkuat daya saing kopi Sumatera Utara. “Dengan traceability, kopi petani kita dapat lebih dipercaya di pasar dunia dan memperoleh akses ke segmen premium. Hal ini sekaligus meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Dalam kegiatan diseminasi ini, petani diperkenalkan pada simulasi penggunaan aplikasi pencatatan digital dan diajak berdiskusi terkait kebutuhan serta kendala di lapangan. Hasilnya, sebagian besar petani menyambut positif penerapan sistem ini, meski masih terdapat kendala literasi digital di beberapa daerah. selain itu juga melakukan uji sertifikasi halal terhadap produk kopi petani yang ada di Tapanuli Selatan.
Tim peneliti juga menekankan pentingnya dukungan multipihak, baik dari pemerintah daerah, koperasi, maupun eksportir, untuk memastikan sistem dapat berjalan berkelanjutan. (rel/adz)