Sekabel Minta Pemerintah Lebih Cerdas Negosiasi Tarif Impor dengan Amerika Serikat

8 hours ago 4
Ketum Sedulur Kayu dan Mebel (Sekabel) Setyo Wisnu Broto. Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Sedulur Kayu dan Mebel (Sekabel) meminta agar pemerintah lebih cerdas bernegosiasi dengan Amerika Serikat. Hal itu terkait dengan perang tarif impor yang belum pasti sampai saat ini.

Ketum Sekabel Setyo Wisnu Broto menyebut program Sekabel ke depan yakni fokus pada bidang ekonomi di tengah situasi global dan situasi politik yang tidak stabil seperti saat ini. Ia menyebut Sekabel akan mendukung penuh pemerintahan Prabowo-Gibran baik secara nasional atau Soloraya.

“Setelah mendukung Jokowi, Prabowo-Gibran, program ke depan di segi ekonomi. Kami akan konsolidasi melihat situasi global ekonomi dan politik yang tidak stabil. Melihat tarif yang luar biasa. Kita dibanned di Amerika, lagi negosiasi.. Tapi ini tidak sekedar negosiasi, mereka mencoba untuk membongkar barikade-barikade bangsa ini menuju hilirisasi dengan sistem keuangan inklusif. Mereka mencoba bongkar, ini perlu dukungan bareng-bareng, maka kamj akan support pemerintah baik secara nasioanl atau Soloraya,” tegasnya di sela acara Halal Bi Halal Sekabel dan Sekber, Sabtu (26/4/2025) malam, di Solo.

Terkait itu, Sekabel mengakui pembukaan pasar baru menjadi salah satu jalan keluar menghadapi situasi saat ini. Menurut Wisnu, banyak negara lain berpotensi menjadi tujuan ekspor produk mebel Indonesia salah satunya Timur Tengah.

“Kami akan konsolidasi, melihat situasi global politik, situasi global ekonomi yang tidak stabil ini. Selama ini Amerika Serikat merupakan pasar yang cukup besar untuk produk kayu asal Indonesia. Total ekspor produk Indonesia ke Amerika Serikat mencapai lebih dari 12,7 miliar dolar AS,” terangnya.

Menurut Wisnu, Amerika menempati salah satu pasar terbesar dengan market share mendekati 30 persen. Kendati demikian, tarif yang dibebankan Amerika Serikat pada Indonesia sebesar 32 persen berdampak pada tertundanya pengiriman pesanan dari pasar Amerika yang terlanjur masuk ke Indonesia.

“Donald Trump menyampaikan ada masa negosiasi selama 90 hari. Ini yang pending, bulan cancel, diminta untuk disimpan secepat-cepatnya, supaya jika 90 hari itu akhirnya negosiasi gagal, yang (terkena tarif) 32 persen itu barang yang sudah diorder masuk ke sana,” ungkapnya.

Di sisi lain, ia mengakui hal itu bukan merupakan penyelesaian yang memuaskan. Wisnu menambahkan, yang dibutuhkan sekarang adalah pengusaha Indonesia tidak boleh lagi menggantungkan pasar ke Amerika Serikat.

“Kita buka pasar nontradisional. Selama ini kan Amerika yang terbesar, kemudian negara-negara di Eropa. Padahal beberapa negara lain cukup potensial untuk menjadi pasar baru ekspor Indonesia, di antaranya negara-negara di kawasan Timur Tengah,” tukasnya. Prihatsari

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|