JOGJA, JOGLOSEMARNEWS.COM —Jumlah rekening simpanan di perbankan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, pertumbuhan DPK di DIY tumbuh sebesar 4,95 persen pada Oktober 2025.
Menurut Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Anggito Abimanyu, simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bank umum milik pemerintah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatatkan lonjakan pertumbuhan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data perbankan DIY, lanjut Anggito, pertumbuhan DPK dari golongan nasabah pemerintah melonjak tajam menjadi 34,22 persen pada Oktober 2025, dibandingkan dengan periode Oktober 2022 yang justru mengalami kontraksi sebesar -3,34 persen.
Anggito menyebut pertumbuhan DPK di Yogyakarta ini mencerminkan tren aktivitas bisnis yang ekspansif, terlihat dari meningkatnya produk giro dan deposito dalam tiga tahun terakhir.
“Untuk perbankan di DIY, total nilai simpanan nasabah perbankan mencapai Rp 63,16 triliun dengan komposisi tabungan 70,81 persen, deposito 28,37 persen, dan giro 0,82 persen,” katanya dalam Temu Wartawan di Kawasan Jogja, Solo dan Semarang (Joglosemar) yang berlangsung di Jogja, Sabtu (15/11/2025).
“Adapun jumlah rekening simpanan di perbankan DIY mencapai 9,07 juta rekening dengan komposisi 98,12 persen rekening tabungan. Kemudian, 1,64 persen rekening deposito, dan 0,25 persen rekening giro,” ujarnya.
Secara keseluruhan, komposisi produk dalam total DPK juga relatif stabil, di mana DPK perbankan DIY hingga Oktober 2025 ini tumbuh 4,95% (yoy).
Peningkatan juga terjadi simpanan pada tiering Rp 500 – Rp 2 Miliar serta lebih dari Rp 5 miliar. Mereka yang memiliki simpanan di kompisisi saldo Rp 2 miliar dan lebih dari Rp miliar di perbankan DIY meningkat dalam tiga tahun terakhir.
“LPS mencatat ada kenaikan porsi pada tiering Rp 500 juta–Rp 2 miliar dan lebih dari Rp 5 miliar. Sementara, simpanan kurang dari Rp 100 juta justru sedikit menurun, meski masih yang terbesar,” tuturnya.
Berdasarkan data LPS, per Oktober 2025, jumlah simpanan dengan tier tinggi (lebih dari Rp5 miliar) dari nasabah di DIY sebesar Rp 15,95 triliun. Jika dibandingkan dengan Oktober 2023, jumlah simpanan yang tercatat dari tier tersebut adalah sebesar Rp 12,57 triliun.
Jumlah simpanan dengan tier rendah (kurang atau sama dengan Rp100 juta) tercatat sebagai kelompok yang terbesar dalam komposisi kelas simpanan di perbankan DIY dengan nilai mencapai Rp 23,42 triliun, meningkat ketimbang Oktober 2023 yang hanya sebesar Rp 21,88 triliun.
Di sisi lain, penyaluran kredit secara year-on-year mengalami perlambatan pada Oktober 2025. “Namun penyaluran kredit modal kerja masih mencatatkan pertumbuhan double digit. Dilihat dari porsi penyalurannya, kredit modal kerja memegang porsi terbesar dari total kredit yang disalurkan di Yogyakarta,” ungkapnya.
“Secara komposisi, tabungan masih menjadi produk terbesar 59,21 persen atau Rp 51,85 triliun, diikuti deposito 26,79 persen atau Rp 23,46 triliun, dan giro 14 persen atau Rp 12,26 triliun,” tambahnya.
Melihat realitas simpanan di perbankan DIY tersebut, Anggito mensinyalir Yogyakarta potensial untuk jadi tempat penyimpanan dana pihak ketiga, baik dari orang DIY sendiri maupun dari luar DIY. Bisa digunakan untuk ekspansi bisnis atau sekedar menyimpan di tabungan. “Kalau begitu banyak yang punya simpanan di DIY, maksudnya simpanan uang lho….,” katanya bergurau.
Peningkatan simpanan yang pesat di DIY ini juga membuat porsi DPK pemerintah naik sedikit dari 7,54 persen atau mencapai Rp 5,76 triliun pada Oktober 2022 menjadi 7,66 atau Rp 6,71 triliun pada Oktober 2025.
Anggito berharap dalam dua bulan terakhir 2025 ini, anggaran tersebut bisa dibelanjakan untuk menggerakkan ekonomi.
“Bukan dinolkan tapi pindah ke rekening operasional untuk belanja kebutuhan masyarakat guna mendorong perputaran ekonomi,” ungkapnya dalam temu media Jogja, Solo, Semarang di Yogyakarta, Sabtu (15/11/2025).
Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta, Y. Sri Susilo menjelaskan penurunan angka penyaluran kredit yang rendah tersebut memang menunjukkan masih rendahnya perputaran uang di tengah tingginya simpanan deposito di bank. Uang masih banyak tersimpan di perbankan.
“Ya jelas. Dari data kan surplus jumlah simpanan DIY ini Rp31,64 triliun. Ini masih cukup tinggi. Logikanya, semakin kecil surplus itu, berarti semakin banyak uang yang diputar dari perbankan untuk menggerakkan perekonomian,” ucap dia.(ali)
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

1 day ago
2


















































