Tim Dosen USU Kenalkan Automatic Solar Heat Flow Composter ke Petani di Desa Lubuk Kasih Langkat

11 hours ago 3

LANGKAT, SUMUTPOS.CO- Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Sumatera Utara (USU) sukses mengedukasi Kelompok Tani Pasir Putih I di Desa Lubuk Kasih, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, dalam penggunaan teknologi untuk menghasilkan pupuk kompos secara mandiri guna meningkatkan kapasitas produksi padi.

Pada kegiatan ini, tim pengabdian menerapkan Automatic Solar Heat Flow Composter untuk menggantikan komposter dengan pengaduk otomatis yang digerakkan oleh motor AC 2 hp (~1500 W) yang sudah diterapkan Kelompok Tani Pasir Putih I sejak setahun yang lalu.

Menurut Ilyas, selalu ketua Kelompok Tani Pasir Putih I, tanpa menggunakan pupuk kompos atau 100% pupuk kimia (anorganik) seperti Urea, NPK mutiara, dan ponska, produksi padi di Desa Lubuk Kasih sekitar 3,7 ton hingga 5 ton per hektare. Namun dengan penggunaan pupuk kompos di awal pengolahan lahan sebagai pupuk dasar, terjadi peningkatan produksi padi yang bisa mencapai 7,5 ton per hektare.

“Penggunaan pupuk kompos sebagai pupuk dasar, selain meningkatkan kesuburan tanah juga telah mengurangi penggunaan pupuk kimia (anorganik) hingga 30%,” ungkap Ilyas.

Hal senada disampaikan Masnan dan Jumadi, perwakilan petani yang sudah merasakan dampak positif penggunaan pupuk kompos yang dihasilkan Tim PkM-USU. Karenanya, Ilyas mewakili seluruh masyarakat petani di Desa Lubuk Kasih, sangat berterima kasih kepada Tim PkM-USU yang diketuai Dr. Tulus Ikhsan Nasution dari Program Studi Sarjana Fisika, beserta anggota tim Dr. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, CA dan Abdul Floranda, S,Si, M.Si dari Fakultas Vokasi.

Selain itu, Ilyas juga berterima kasih kepada Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat USU (LPM-USU) Prof. Dr. Tulus, Vor.Dipl.Math., M.Si, Ph.D. dan secara khusus kepada Rektor USU Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

Sementara itu, Dr. Tulus Ikhsan Nasution yang merupakan penerima penghargaan SINTA AWARDS dari Kemenristek Dikti sebagai salah satu Inovator terbaik Nasional di tahun 2019 dan memiliki keahlian dalam bidang Rekayasa Teknologi Instrumentasi dan Konversi Energi menjelaskan, Automatic Solar Heat Flow Composter dirancang untuk menggantikan Komposter dengan Pengaduk Otomatis yang digerakkan oleh motor AC 2 hp (~1500 W) yang sudah diterapkan di Desa Lubuk Kasih sejak setahun yang lalu.

Jika komposter dengan pengaduk otomatis memiliki keterbatasan dari hal produksi karena adanya konsumsi energi yang semakin tinggi untuk produksi yang semakin besar dan desainnya yang relatif rumit serta waktu dekomposisinya yang mencapai 20 hari, maka kelebihan Automatic Solar Heat Flow Composter ini tidak memiliki keterbatasan dalam jumlah produksi dan waktu dekomposisi yang lebih cepat yaitu sekitar 12 – 15 hari dibandingkan karena adanya bantuan panas.

Dengan penerapan Teknologi Komposter ini diharapkan petani padi di Desa Lubuk Kasih seiring waktu akan beralih dari penggunaan pupuk anorganik ke pupuk organik, yang manfaatnya selain meningkatkan kapasitas produksi juga menciptakan lingkungan yang bersih dari pencemaran kimia. Dalam pelaksanaannya, Tim juga dibantu oleh lima orang Mahasiswa Sarjana Fisika. (adz)

LANGKAT, SUMUTPOS.CO- Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Sumatera Utara (USU) sukses mengedukasi Kelompok Tani Pasir Putih I di Desa Lubuk Kasih, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, dalam penggunaan teknologi untuk menghasilkan pupuk kompos secara mandiri guna meningkatkan kapasitas produksi padi.

Pada kegiatan ini, tim pengabdian menerapkan Automatic Solar Heat Flow Composter untuk menggantikan komposter dengan pengaduk otomatis yang digerakkan oleh motor AC 2 hp (~1500 W) yang sudah diterapkan Kelompok Tani Pasir Putih I sejak setahun yang lalu.

Menurut Ilyas, selalu ketua Kelompok Tani Pasir Putih I, tanpa menggunakan pupuk kompos atau 100% pupuk kimia (anorganik) seperti Urea, NPK mutiara, dan ponska, produksi padi di Desa Lubuk Kasih sekitar 3,7 ton hingga 5 ton per hektare. Namun dengan penggunaan pupuk kompos di awal pengolahan lahan sebagai pupuk dasar, terjadi peningkatan produksi padi yang bisa mencapai 7,5 ton per hektare.

“Penggunaan pupuk kompos sebagai pupuk dasar, selain meningkatkan kesuburan tanah juga telah mengurangi penggunaan pupuk kimia (anorganik) hingga 30%,” ungkap Ilyas.

Hal senada disampaikan Masnan dan Jumadi, perwakilan petani yang sudah merasakan dampak positif penggunaan pupuk kompos yang dihasilkan Tim PkM-USU. Karenanya, Ilyas mewakili seluruh masyarakat petani di Desa Lubuk Kasih, sangat berterima kasih kepada Tim PkM-USU yang diketuai Dr. Tulus Ikhsan Nasution dari Program Studi Sarjana Fisika, beserta anggota tim Dr. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, CA dan Abdul Floranda, S,Si, M.Si dari Fakultas Vokasi.

Selain itu, Ilyas juga berterima kasih kepada Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat USU (LPM-USU) Prof. Dr. Tulus, Vor.Dipl.Math., M.Si, Ph.D. dan secara khusus kepada Rektor USU Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

Sementara itu, Dr. Tulus Ikhsan Nasution yang merupakan penerima penghargaan SINTA AWARDS dari Kemenristek Dikti sebagai salah satu Inovator terbaik Nasional di tahun 2019 dan memiliki keahlian dalam bidang Rekayasa Teknologi Instrumentasi dan Konversi Energi menjelaskan, Automatic Solar Heat Flow Composter dirancang untuk menggantikan Komposter dengan Pengaduk Otomatis yang digerakkan oleh motor AC 2 hp (~1500 W) yang sudah diterapkan di Desa Lubuk Kasih sejak setahun yang lalu.

Jika komposter dengan pengaduk otomatis memiliki keterbatasan dari hal produksi karena adanya konsumsi energi yang semakin tinggi untuk produksi yang semakin besar dan desainnya yang relatif rumit serta waktu dekomposisinya yang mencapai 20 hari, maka kelebihan Automatic Solar Heat Flow Composter ini tidak memiliki keterbatasan dalam jumlah produksi dan waktu dekomposisi yang lebih cepat yaitu sekitar 12 – 15 hari dibandingkan karena adanya bantuan panas.

Dengan penerapan Teknologi Komposter ini diharapkan petani padi di Desa Lubuk Kasih seiring waktu akan beralih dari penggunaan pupuk anorganik ke pupuk organik, yang manfaatnya selain meningkatkan kapasitas produksi juga menciptakan lingkungan yang bersih dari pencemaran kimia. Dalam pelaksanaannya, Tim juga dibantu oleh lima orang Mahasiswa Sarjana Fisika. (adz)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|