WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Harga emas dalam beberapa pekan terakhir terus menunjukkan tren kenaikan yang signifikan. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) bahkan mencatat harga emas batangan menembus rekor tertinggi menyebut Rp1,9 juta pergram.
Kenaikan harga ini dinilai menjadi peluang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi maupun menjual emas lama mereka untuk mendapatkan keuntungan besar.
Sepanjang tahun berjalan, harga emas Antam tercatat sudah naik lebih dari 33 persen, menjadikannya salah satu instrumen investasi yang paling menguntungkan dalam periode tersebut.
Kondisi ini mendorong lonjakan transaksi di toko-toko emas di berbagai kota besar di Indonesia. Di Surabaya, Probolinggo, Semarang, Yogyakarta, hingga Jakarta. Masyarakat tampak berbondong-bondong mendatangi gerai emas untuk membeli perhiasan atau logam mulia, baik sebagai investasi, hadiah, maupun simpanan untuk kebutuhan jangka panjang.
Namun, pemandangan yang jauh berbeda terlihat di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah bagian tenggara. Alih-alih ramai seperti di kota-kota besar lainnya, sejumlah toko emas di Wonogiri justru tampak sepi pengunjung dalam dua hari terakhir.
Pantauan di beberapa lokasi seperti kawasan pusat kota, Pasar Kota, dan wilayah sekitar Kecamatan Baturetno dan Giriwoyo, menunjukkan tidak adanya lonjakan pembeli maupun penjual emas.
Beberapa warga yang ditemui mengungkapkan bahwa saat ini mereka tidak menaruh perhatian pada investasi emas. Fokus utama warga Wonogiri saat ini adalah pada kegiatan rutin pasca-Lebaran, seperti hajatan keluarga dan pekerjaan di sektor pertanian yang memasuki masa persiapan tanam.
“Sekarang ini saya lagi sibuk ngurus sawah. Sudah mulai musim tanam, jadi waktunya difokuskan ke ladang dulu,” ujar Siti, warga Kecamatan Ngadirojo, Minggu (13/4/2025) .
“Lagi pula, waktu Lebaran kemarin anak-anak saya sudah pulang kampung dan sempat beliin emas. Jadi, ya sudah cukup,” tambahnya sambil tersenyum.
Hal senada juga disampaikan oleh Slamet, seorang petani dari Kecamatan Baturetno. Ia menyebut, Kalau di kota orang mungkin ramai beli emas, kalau di sini musim tanam itu penting.
“Uang dipakai untuk beli pupuk, bayar buruh tani. Nanti kalau sudah panen baru mikir investasi lagi,” sebut Slamet.
Sementara itu, para pedagang emas di Wonogiri mengaku tidak mengalami lonjakan transaksi seperti yang terjadi di daerah lain. Menurut mereka, situasi ini memang umum terjadi setiap habis Lebaran, terutama di daerah yang perekonomiannya sangat bergantung pada sektor pertanian dan peternakan.
“Kalau di sini, peningkatan transaksi biasanya terjadi menjelang Lebaran, karena banyak yang beli perhiasan untuk dipakai saat hari raya. Tapi setelah itu, ya kembali normal, bahkan cenderung sepi. Sekarang orang sudah sibuk lagi di sawah,” jelas salah satu, pemilik toko emas di Wonogiri.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meski tren global maupun nasional menunjukkan ketertarikan masyarakat terhadap emas sedang tinggi, preferensi dan kebutuhan lokal tetap menjadi faktor dominan dalam menentukan perilaku ekonomi masyarakat.
Di Wonogiri, nilai emas tak lebih penting dibandingkan keberlangsungan musim tanam dan tradisi hajatan keluarga yang masih menjadi prioritas utama. Aris Arianto