USU Lakukan Penyuluhan Pemanfaatan Lahan Terbatas, Ubah Eceng Gondok Jadi Kompos, dan Berikan Alat Pengompos di Desa Simangulampe

1 month ago 23

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO- Setelah banjir bandang melanda Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, pada tahun 2023, kondisi kehidupan masyarakat di sana mulai membaik. Namun demikian, tata guna lahan yang terkena dampak banjir bandang seperti persawahan tidak dapat lagi ditanami padi maupun tanaman hortikultura seperti sayuran, tomat, cabai, bawang merah dan jagung.

Di sisi lain, juga terdapat permasalahan berupa adanya lahan-lahan marginal dan keterbatasan lahan yang menjadi persoalan nyata bagi masyarakat Desa Simangulampe. Di tengah permasalahan yang ada, terdapat potensi melimpahnya bahan organik dari sisa tanaman dan eceng gondok di Danau Toba.

Kedua bahan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos yang berguna bagi peningkatan produktivitas lahan sehingga dapat menjadi solusi bagi keterbatasan lahan sekaligus perbaikan kualitas lingkungan. Pemanfaatan sumber daya lokal dan lahan terbatas inilah yang kemudian menjadi fokus dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) skema Desa Binaan tahun kedua (2025) yang digelar Universitas Sumatera Utara (USU).

Pada 11-12 Agustus 2025, Tim Pengabdian dari USU bersama pemerintah desa mengadakan kegiatan pendampingan pembuatan kompos dan pemanfaatan lahan terbatas yang dilaksanakan di Aula Kantor Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbahas.

Kegiatan ini diikuti antusias oleh masyarakat, mulai dari kelompok wanita tani, karang taruna, hingga perangkat desa. Turut hadir pula Camat Baktiraja Sanggam Lumban Gaol dan dan Kepala Desa Simangulampe Lambok Simanullang.

Acara diawali dengan sambutan Ketua Tim Pengabdian USU, Dr. Oding Affandi, yang menekankan pentingnya inovasi sederhana dalam mengatasi permasalahan pertanian desa. “Eceng gondok yang selama ini dianggap gulma justru bisa menjadi sumber pupuk organik yang murah, ramah lingkungan, dan mudah dibuat,” kata Dr. Oding Affandi.

Demikian juga, lanjut Oding, limbah organik dari tumbuhan seperti batang jagung dan tumbuhan gulma yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku kompos. “Harapan kami, melalui kegiatan PPM tahun kedua ini masyarakat dapat memanfaatkan ilmu ini untuk meningkatkan produktivitas dan kesuburan lahan marginal dan terbatas seperti pekarangan” ujarnya.

Dengan memanfaatkan kompos, sebut Oding, masyarakat bisa membuat beragam usaha produktif seperti menanam sayuran pada polybag dengan media kompos di pekarangan. “Di sisi lain, kita juga sekaligus menjaga kebersihan Danau Toba karena eceng gondok yang mengganggu ekosistem danau akan diambil secara rutin sebagai bahan baku kompos,” beber Oding.

Sementara Kepala Desa Simangulampe, Lambok Simanullang, menyambut positif kegiatan ini dan mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan USU terhadap Desa Simangulampe. Selain itu, banyak bantuan yang telah diberikan, termasuk bantuan alat pembuat kompos tahun 2025 ini.

“Semua alat yang diberikan akan kami gunakan untuk kebermanfaatan seluruh masyarakat desa. Kami merasakan, bahwa semua kegiatan telah memberi manfaat nyata bagi masyarakat kami. Selain membantu mengatasi sampah organik rumah tangga dan eceng gondok, juga memberi peluang untuk meningkatkan produktivitas pertanian keluarga, walau lahan terbatas,” katanya.

Usai sambutan, acara dilanjutkan dengan penyuluhan inti yang disampaikan oleh dua narasumber. Penyuluhan pertama, Dr. Ridwanti Batubara, membahas tentang pertanian pada lahan marginal dan lahan terbatas.

Dalam paparannya, Dr. Ridwanti menjelaskan strategi bercocok tanam di lahan yang miskin unsur hara dan memiliki keterbatasan ruang. “Teknik sederhana seperti pemanfaatan polybag, vertikultur, serta pengaturan pola tanam dengan komposisi tanaman yang tepat, menjadi solusi yang bisa langsung dipraktikkan oleh masyarakat,” katanya.

Ridwanti juga menekankan, dengan memanfaatkan kompos buatan sendiri, kualitas tanah marginal dapat diperbaiki secara bertahap. “Demikian juga, karena keterbatasan lahan, masyarakat bisa membuat media tanam dengan kompos sehingga menghasilkan beragam produk tanaman yang dibutuhkan keluarga,” tandasnya.

Sedangkan narasumber kedua, Nursaadah, M.Agr membahas cara dan teknik pembuatan kompos. Peserta diberikan pemahaman mulai dari pemilihan bahan organik, termasuk limbah rumah tangga dan eceng gondok, hingga proses pencacahan, penyusunan bahan, fermentasi, serta perawatan hingga kompos siap digunakan.

Nursaadah secara khusus menyampaikan alasan eceng gondok perlu dkomposkan karena: eceng gondok tumbuh dengan kecepatan mencapai 0.3 – 0.5 m per hari, kemampuan eceng gondok menutupi permukaan air dapat menurunkan kandungan oksigen, dan akan mengganggu kegiatan masyarakat di sekitar perairan Danau Toba.

Sebagai bentuk dukungan berkelanjutan, Tim PPM USU juga menyerahkan bantuan alat pengompos kepada masyarakat desa. Bantuan langsung diserahkan kepada kepala desa dan disaksiakan oleh masyarakat Desa Simangulampe dan Camat Baktiraja. Melalui penyerahan bantuan alat ini diharapkan menjadi sarana pendukung agar warga lebih mudah memproduksi kompos secara mandiri. Dengan adanya alat ini, masyarakat dapat memanfaatkan bahan organik yang selama ini terbuang sia-sia, terutama eceng gondok yang menumpuk di Danau Toba.

Salah seorang warga peserta kegiatan mengungkapkan manfaat yang dirasakan. “Selama ini eceng gondok hanya dianggap gulma yang merusak pemandangan dan mengganggu perahu nelayan. Sekarang kami tahu bahwa tanaman ini bisa diolah menjadi pupuk organik untuk sayur dan tanaman di pekarangan. Tentu ini sangat bermanfaat,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Camat Baktiraja Sanggam Lumban Gaol menegaskan, adanya dukungan pemerintah kecamatan. “Kami dari Pemerintah Kecamatan sangat mendukung pendampingan ini. Pemanfaatan lahan marginal dan pengolahan eceng gondok menjadi kompos merupakan langkah konkret menjaga kelestarian Danau Toba sekaligus memperkuat ketahanan pangan di tingkat desa,” ujarnya.

Sanggam juga mengucapkan terima kasih kepada USU atas semua dampingan dan bantuan alat yang diberikan. “Kami berharap Desa Simangulampe menjadi percontohan dalam pengembangan pupuk kompos secara mandiri bagi desa lainnya di Kecamatan Baktiraja,” ujarnya.

Setelah dilakukan penyuluhan dan penyerahan alat bantuan, para peserta diajak langsung memperagakan langsung proses pembuatan kompos mulai dari mencacah bahan organic dari tumbuhan sekitar dan eceng gondok dari Danau Toba. Setelah bahan tercacah, dilanjutkan dengan penaburan dan meratakan booster composer dan selanjutnya dimasukan ke dalam wadah composer. Peserta tampak antusias mengikuti praktik ini karena dapat diaplikasikan dengan mudah di rumah masing-masing.

Kegiatan yang berlangsung sehari penuh itu tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga membangun kesadaran baru di tengah masyarakat. Melalui pengelolaan bahan organik menjadi kompos, masyarakat Desa Simangulampe kini memiliki peluang untuk memperbaiki kualitas lahan marginal, meningkatkan ketahanan pangan keluarga, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan Danau Toba.

Dengan semangat kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa, kecamatan, dan perguruan tinggi, diharapkan Desa Simangulampe dapat menjadi contoh penerapan inovasi sederhana namun berdampak besar bagi pembangunan desa berkelanjutan di kawasan Danau Toba. (rel/adz)

Read Entire Article
Politik | Local| Daerah| Finance| Sport|